Persekutuan Berdarah: Sultan Kutai dan Raja Wajo Bersatu Lawan VOC, Apa yang Terjadi di Selat Makassar?

Muhammad Yunus Suara.Com
Rabu, 12 Maret 2025 | 13:58 WIB
Persekutuan Berdarah: Sultan Kutai dan Raja Wajo Bersatu Lawan VOC, Apa yang Terjadi di Selat Makassar?
Makam Sultan Aji Muhammad Idris yang dijadikan cagar budaya di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan [Suara.com/ANTARA/HO-Disdikbud Kukar]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sejarah Kalimantan Timur (Kaltim) mencatat banyak sosok heroik, salah satunya adalah Sultan Aji Muhammad Idris.

Nama ini mungkin belum setenar pahlawan nasional lainnya, tetapi perjuangannya melawan penjajahan VOC menjadi bagian penting dari perlawanan Nusantara.

Sejarawan Kaltim, Muhammad Sarip, dalam bukunya Histori Kutai: Peradaban Nusantara di Timur Kalimantan dari Zaman Mulawarman hingga Era Republik.

Mengungkapkan bahwa Sultan Aji Muhammad Idris merupakan pemimpin pertama Kesultanan Kutai yang menggunakan gelar "sultan".

Perubahan gelar ini bukan sekadar formalitas, tetapi juga menandai peralihan sistem monarki Kutai yang lebih bernuansa Islam.

“Perubahan ini menandai peralihan bentuk monarki yang lebih bernuansa religiositas Islam,” ujar Sarip di Samarinda, Selasa, 11 Maret 2025.

Menurutnya, gelar sultan mulai digunakan ketika ibu kota Kerajaan Kutai masih berada di Jembayan.

Sultan Aji Muhammad Idris naik takhta menggantikan ayahnya, Pangeran Anum Panji Mendapa Ing Martapura, yang wafat pada tahun 1732.

Gelar tersebut bukan sekadar simbol, tetapi juga menunjukkan pengaruh Islam yang semakin kuat dalam sistem pemerintahan Kutai.

Baca Juga: Belajar dari Skandal Minyakita, Bagaimana Hukum Mengurangi Takaran Dalam Islam?

Namun, Sultan Idris bukan hanya seorang pemimpin yang membawa perubahan di internal kerajaan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI