Suara.com - Kyiv akan mengusulkan gencatan senjata di udara dan laut dengan Rusia dalam pembicaraan dengan pejabat Amerika Serikat (AS) di Arab Saudi pada Selasa (12/3).
Usulan ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam menghentikan invasi Rusia yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun, demikian disampaikan seorang pejabat Ukraina pada Senin (11/3).
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy disebut sebagai pihak yang menggagas usulan ini sebagai cara untuk memulai dialog perdamaian.
Seorang pejabat Ukraina mengatakan bahwa gencatan senjata udara dan laut merupakan opsi yang lebih mudah diterapkan serta diawasi, sehingga memungkinkan langkah awal menuju perundingan lebih lanjut.
"Kami memang memiliki usulan untuk gencatan senjata di udara dan gencatan senjata di laut karena ini adalah opsi gencatan senjata yang mudah diterapkan dan dipantau, serta memungkinkan untuk memulainya," kata pejabat tersebut.
Usulan ini muncul di tengah ketegangan yang meningkat di antara Kyiv dan Washington setelah pertemuan Zelenskyy dengan Presiden AS Donald Trump yang dinilai membawa dampak negatif bagi Ukraina.
Trump baru-baru ini memperbarui komunikasi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan mengkritik Zelenskyy, menimbulkan kekhawatiran di Kyiv dan di antara sekutu Eropa bahwa AS mungkin akan mendorong Ukraina untuk menerima penyelesaian yang lebih menguntungkan Rusia.
Selain itu, Trump juga telah menghentikan bantuan militer AS kepada Ukraina serta menghentikan pembagian intelijen antara Washington dan Kyiv.
Langkah ini disebut pejabat Ukraina sebagai faktor yang bisa memberikan keuntungan bagi Rusia di medan perang, terutama jika penghentian pembagian intelijen berlangsung lama.
"Yang terpenting adalah berapa lama itu akan berlangsung. Jika berlangsung lama, itu akan memberi Rusia keuntungan yang signifikan," ujar sumber tersebut.
Menurut sumber yang sama, penghentian pembagian intelijen AS diduga telah menghambat kemampuan Ukraina dalam menghadapi serangan balasan dari pasukan Rusia di wilayah Kursk, Rusia barat.
Ukraina sebelumnya berharap bahwa keberadaannya di wilayah Kursk dapat memberikan leverage dalam negosiasi dengan Moskow. Namun, pasukan Ukraina mulai kehilangan wilayah tersebut dalam beberapa hari terakhir akibat serangan intensif Rusia.
Laporan juga menyebut bahwa AS telah membatasi akses Ukraina terhadap intelijen yang memungkinkan serangan khusus ke wilayah Rusia.
Pejabat Ukraina tersebut menilai bahwa terdapat kemungkinan hubungan langsung antara penghentian pembagian intelijen dengan keberhasilan Rusia dalam meraih kemajuan di medan perang.
Usulan gencatan senjata yang diajukan Ukraina dalam pertemuan dengan AS di Arab Saudi ini dinilai sebagai langkah penting dalam upaya meredakan eskalasi konflik, meskipun respons dari pihak Rusia dan AS masih belum dapat dipastikan.