Trump Sempat Telepon Presiden China Soal Asal-Usul COVID, Ini Kata Mantan Kepala CDC!

Bella Suara.Com
Senin, 10 Maret 2025 | 16:04 WIB
Trump Sempat Telepon Presiden China Soal Asal-Usul COVID, Ini Kata Mantan Kepala CDC!
Cara Cek Vaksin Covid-19 Online di HP (Pexels)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seorang mantan pakar medis terkemuka, Dr. Robert Redfield, mengungkapkan keyakinannya bahwa pandemi Covid-19 yang mematikan berasal dari kebocoran laboratorium setelah direkayasa oleh ilmuwan yang "arogan".

Dr. Redfield, yang menjabat sebagai Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump, telah lama menyuarakan teori bahwa virus ini siap pakai untuk manusia dan kemungkinan besar bocor dari laboratorium di China. Sejak 2021, ia secara konsisten menegaskan bahwa virus tersebut tidak muncul secara alami, melainkan sebagai hasil dari eksperimen yang melibatkan rekayasa virus di laboratorium Wuhan.

Laboratorium Wuhan telah menjadi pusat perdebatan selama bertahun-tahun, dengan banyak pihak mencurigai bahwa pandemi ini bermula dari kebocoran laboratorium tersebut. Hingga saat ini, dunia masih belum mendapatkan jawaban pasti mengenai asal-usul Covid-19.

Namun, pada Januari lalu, CIA merilis laporan yang menyatakan bahwa virus ini lebih mungkin berasal dari kebocoran laboratorium dibandingkan dengan penularan dari hewan ke manusia. Penilaian tersebut mendapat dukungan dari Direktur CIA saat ini, John Ratcliffe, yang merupakan pendukung lama teori kebocoran laboratorium.

Dr. Redfield juga mengungkapkan bahwa selama menjabat sebagai presiden, Donald Trump sempat menghubungi Presiden China, Xi Jinping, untuk mencari tahu asal-usul virus tersebut.

"Saya meminta Presiden Trump untuk menelepon Presiden China, dan dia melakukannya," kata Dr. Redfield dalam wawancara dengan The Sun.

Donald Trump. (Tangkapan layar/Instagram)
Donald Trump. (Tangkapan layar/Instagram)

"Saya berada di sana, di Ruang Oval." lanjutnya.

Namun, harapan agar penyelidik eksternal diizinkan masuk ke China untuk menyelidiki lebih lanjut langsung ditolak. Menurut Dr. Redfield, jika tim ahli diperbolehkan melakukan investigasi, mereka akan dapat menilai dalam waktu seminggu bahwa virus ini sangat mudah menular dari manusia ke manusia.

Alih-alih menyebutkan adanya niat jahat dalam insiden ini, Dr. Redfield percaya bahwa para ilmuwan di laboratorium Wuhan memiliki ambisi yang berlebihan dalam eksperimen mereka.

Baca Juga: Iran Buka Pintu Negosiasi Nuklir dengan AS, Tapi Ada Syaratnya!

"Saya kira mereka mencoba membuat vaksin," katanya, seraya menambahkan bahwa laboratorium tersebut hanya berjarak sekitar 27 kilometer dari pasar makanan basah yang awalnya diduga sebagai sumber virus.

Salah satu ilmuwan utama di laboratorium Wuhan, Shi Zhengli, dikenal sebagai Batwoman karena penelitiannya yang ekstensif tentang virus corona yang berasal dari kelelawar. Para ahli menyebut bahwa Zhengli telah menghabiskan bertahun-tahun untuk memanipulasi virus agar lebih mudah menular ke manusia.

Bukti yang menguatkan teori kebocoran laboratorium ini disebut dapat ditemukan dalam kode genetik virus itu sendiri. Para ilmuwan menemukan bahwa Covid-19 memiliki "situs pembelahan furin", fitur genetik yang memungkinkan virus menyebar lebih cepat dari hewan ke manusia.

Secara teori, fitur ini memang bisa muncul secara alami, tetapi yang membuat para ahli curiga adalah fakta bahwa fitur tersebut hanya ditemukan pada Covid-19, tidak pada virus corona lainnya. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa fitur tersebut mungkin telah dimasukkan ke dalam virus melalui rekayasa laboratorium.

Dr. Redfield menegaskan, "Situs pembelahan furin adalah bukti kuat yang dapat ditemukan. Ini adalah indikasi bahwa fitur tersebut dibuat di laboratorium."

Meski semakin banyak bukti yang mendukung teori kebocoran laboratorium, asal-usul pandemi Covid-19 masih menjadi perdebatan global. China berulang kali membantah teori ini dan menyebutnya sebagai propaganda politik.

Sementara itu, para ilmuwan dan pejabat kesehatan di berbagai negara terus berusaha mengungkap kebenaran di balik pandemi yang telah menewaskan jutaan orang di seluruh dunia. Dengan adanya dugaan keterlibatan laboratorium dalam penciptaan virus ini, banyak pihak menuntut transparansi lebih lanjut dari pemerintah China dan komunitas ilmiah internasional.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI