Mantan Pejabat NATO Ungkap Negara-Negara yang Jadi Target Rusia Setelah Ukraina

Bella Suara.Com
Senin, 10 Maret 2025 | 15:49 WIB
Mantan Pejabat NATO Ungkap Negara-Negara yang Jadi Target Rusia Setelah Ukraina
Vladimir Putin [Xinhua]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Sir Richard menegaskan bahwa satu-satunya cara untuk mencegah ekspansi militer Rusia adalah dengan terus memasok senjata ke Ukraina. Ia juga menyarankan agar negara-negara NATO mempertimbangkan wajib militer atau konskripsi untuk meningkatkan kesiapan pertahanan mereka.

"Jika Eropa terpecah belah, dan jika Eropa tidak mengambil langkah yang diperlukan, maka saya benar-benar khawatir akan masa depan kita," ujarnya, menyoroti pentingnya solidaritas Eropa dalam menghadapi ancaman Rusia.

Polandia menjadi salah satu negara yang telah mengambil langkah nyata dalam menghadapi situasi ini. Pemerintah Polandia sedang merancang program pelatihan militer skala besar bagi seluruh pria dewasa, sebagai bagian dari rencana untuk membangun pasukan yang terdiri dari 500.000 tentara, termasuk pasukan cadangan.

Sementara itu, mantan Menteri Pertahanan Inggris, Ben Wallace, mengomentari potensi keluarnya AS dari NATO. Dalam wawancara dengan BBC Radio 4, ia menyebut bahwa meskipun situasi itu akan menjadi "mengerikan", Eropa masih memiliki kapasitas finansial dan kemauan politik untuk membangun pertahanan sendiri.

Di tengah meningkatnya ancaman perang, Inggris dan Prancis tetap berupaya memimpin koalisi perdamaian global. Mereka sedang berusaha meyakinkan negara-negara lain untuk berpartisipasi dalam operasi penjaga perdamaian di Ukraina, meskipun tidak semua pihak yang tertarik akan mengirim pasukan. Beberapa di antaranya kemungkinan akan berkontribusi dalam bentuk lain, seperti dukungan logistik atau keuangan.

Upaya diplomatik untuk mencari solusi damai juga terus berlanjut, dengan pertemuan antara AS dan Ukraina dijadwalkan berlangsung di Arab Saudi pekan ini. Menteri Pertahanan Inggris, John Healey, juga akan bergabung dalam diskusi dengan para mitranya untuk membahas langkah-langkah berikutnya.

Di sisi lain, Trump kembali mengeluarkan pernyataan yang memicu kontroversi. Pada Jumat lalu, ia mengklaim bahwa bernegosiasi dengan Kyiv lebih sulit dibandingkan dengan Kremlin, dan ia ingin perang ini "diselesaikan" sebelum berkomitmen pada jaminan keamanan bagi Ukraina.

Sebelumnya, Trump juga menyatakan bahwa ia sedang mempertimbangkan penerapan sanksi dan tarif terhadap Rusia hingga tercapai kesepakatan damai final. Ia menyoroti bahwa Rusia saat ini "menghancurkan" Ukraina dengan serangan yang tak kunjung berhenti, sehingga langkah-langkah ekonomi mungkin diperlukan untuk menekan Moskow agar menghentikan agresinya.

Baca Juga: Serangan Gaya Ninja, Pasukan Rusia Sembunyi di Pipa Gas untuk Sergap Tentara Ukraina!

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI