Suara.com - Beredar di media sosial sebuah video dengan narasi yang menyebut Dirut Pertamina Patra Niaga tengah mengoplos Pertalite menjadi Pertamax.
Video tersebut diunggah oleh akun Instagram “ignt_ius”, akun Threads “arya_embun.id”, dan akun TikTok “arimasrur85” pada Rabu (26/2/2025) isinya memperlihatkan sosok Direktur Utama (Dirut) Pertamina Patra Niaga Riva Siahaan.
Berikut narasi lengkap yang disampaikan dalam unggahan:
“Oplos Pertalite Jadi Pertamax! Modus Korupsi Dirut Pertamina Patra Niaga”
“inilah cara direktur utama pertamina mengoplos pertalite dan pertamax”
Terpantau pada hari Jumat (7/3/2025) unggahan Instagram “ignt_ius” telah disukai 82.000-an pengguna, unggahan Threads “arya_embun.id” disukai hampir 2.000 pengguna, dan unggahan TikTok “arimasrur85” disukai lebih dari 200.000 pengguna.
Lantas benarkah narasi tersebut?

Penjelasan
Melansir artikel penelusran fakta TurnBackHoax.
Baca Juga: CEK FAKTA: Mahasiswa Unair Ditangkap karena Hina Presiden Prabowo
Tim Pemeriksa Fakta Mafindo mula-mula mengamati video unggahan sejumlah akun tersebut secara mendetail. Di dalam video tampak ada tanda air (watermark) “PixVerse.ai”. Hal itu mengindikasikan bahwa video merupakan hasil rekayasa AI dari platform PixVerse.
TurnBackHoax juga melakukan penelusuran menggunakan Google Lens untuk mengetahui konteks asli dokumentasi yang digunakan dalam unggahan. Hasil penelusuran memperlihatkan foto tersebut digunakan di pemberitaan kompas.tv “4 Fakta Kasus Korupsi Pertamina: Peran 7 Tersangka hingga Kerugian Negara Rp193 T.
Diperoleh keterangan dari berita yang tayang Selasa (25/2/2025) itu, bahwa konteks asli dokumentasi adalah momen ketika Riva Siahaan dibawa menuju mobil tahanan setelah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi tata kelola minyak mentah dan produk kilang di PT Pertamina Subholding serta Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) periode 2018—2023.
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa unggahan video “Dirut Pertamina Patra Niaga oplos pertalite jadi pertamax” merupakan konten palsu.