Suara.com - Tiga anggota Pasukan Keamanan Dalam Negeri Suriah dan seorang anggota kelompok bersenjata lokal tewas dalam bentrokan antara otoritas baru negara itu dan mantan pasukan keamanan militer yang berafiliasi dengan rezim yang digulingkan di kota al-Sanamayn di provinsi Daraa selatan.
Warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak, terluka dalam kerusuhan itu.
Bala bantuan militer tiba di kota itu pada Rabu pagi untuk "menyerang kelompok bersenjata terlarang," kata pernyataan dari otoritas Daraa, mengutip pejabat Keamanan Dalam Negeri Abdul-Razzaq al-Khatib.
"Bentrokan terus berlanjut di beberapa gedung di distrik barat daya kota itu," kata Khatib, seraya menambahkan bahwa seorang petugas keamanan terluka dalam serangan tembakan langsung di sebuah pos pemeriksaan di kota itu pada Selasa.

Baku tembak telah dilaporkan terjadi di seluruh Suriah sejak otoritas baru mengambil alih kekuasaan di Damaskus pada 8 Desember, dengan pejabat keamanan menyalahkan loyalis rezim sebelumnya atas kerusuhan itu.
Pihak berwenang telah melancarkan operasi keamanan yang menargetkan apa yang mereka sebut sebagai "sisa-sisa rezim sebelumnya," yang berujung pada penangkapan, menurut pernyataan resmi.
Memulihkan dan menjaga keamanan di seluruh Suriah tetap menjadi salah satu tantangan terbesar bagi Presiden sementara Ahmed al-Sharaa, menyusul perang saudara yang dahsyat yang dimulai pada tahun 2011 dan melibatkan banyak faksi.
Saluran berita lokal Daraa 24 melaporkan bahwa para korban tewas terkait dengan kelompok yang dipimpin oleh Mohsen al-Himid, mantan anggota cabang keamanan militer di bawah rezim Assad.
Kelompok Al-Himid telah terlibat aktif dalam bentrokan tersebut, menjadikan mereka target potensial dalam siklus serangan balasan dan kekerasan antar-faksi yang sedang berlangsung di wilayah tersebut.
Baca Juga: Serangan Udara Israel Guncang Damaskus, Picu Ketegangan Baru di Suriah Selatan
Sumber berita mengatakan kepada Asharq Al-Awsat bahwa kelompok tersebut "menganggap dirinya berada di atas hukum" dan terus menentang otoritas negara sambil melakukan kejahatan serius, termasuk pembunuhan, perampokan bersenjata, pencurian, penculikan untuk tebusan, dan perdagangan narkoba.