Prancis, Inggris, dan Jerman Desak Israel Tak Hambat Bantuan Kemanusiaan ke Gaza

Bella Suara.Com
Kamis, 06 Maret 2025 | 08:39 WIB
Prancis, Inggris, dan Jerman Desak Israel Tak Hambat Bantuan Kemanusiaan ke Gaza
Sejumlah Warga Palestina menunggu pasokan makanan di kota Rafah di Jalur Gaza selatan, baru-baru ini. (ANTARA/Xinhua/Yasser Qudih.)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Prancis, Inggris, dan Jerman mendesak Israel untuk memastikan pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza tetap berjalan tanpa hambatan. Ketiga negara tersebut memperingatkan bahwa bantuan tidak boleh dijadikan sebagai alat politik.

Gencatan senjata yang rapuh sejak 19 Januari sempat memungkinkan masuknya bantuan kemanusiaan ke wilayah Palestina yang dilanda perang. Namun, pada Minggu (3/3), Israel mengumumkan akan memblokir pengiriman bantuan sampai kelompok militan Hamas menerima syarat-syarat perpanjangan gencatan senjata yang diajukan Tel Aviv.

"Kami menyerukan kepada pemerintah Israel untuk mematuhi kewajiban internasionalnya dalam memastikan penyediaan bantuan kemanusiaan yang penuh, cepat, aman, dan tanpa hambatan kepada penduduk di Gaza," kata ketiga negara dalam pernyataan bersama.

Mesir menyatakan siap menjadi tuan rumah konferensi internasional untuk rekonstruksi Jalur Gaza setelah tercapainya harapan kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Palestina. /ANTARA/Anadolu/py
Mesir menyatakan siap menjadi tuan rumah konferensi internasional untuk rekonstruksi Jalur Gaza setelah tercapainya harapan kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Palestina. /ANTARA/Anadolu/py

"Menghentikan masuknya barang dan pasokan ke Gaza, seperti yang diumumkan oleh pemerintah Israel, berisiko melanggar hukum humaniter internasional. Bantuan kemanusiaan tidak boleh dikaitkan dengan gencatan senjata atau dijadikan sebagai alat politik." lanjut pernyataan tersebut.

Baca Juga: Lagi-lagi Trump Ancam Hamas: Bebaskan Sandera atau Binasa!

Ketiga negara Eropa itu menggambarkan situasi kemanusiaan di Gaza sebagai bencana.

Kesepakatan gencatan senjata tahap pertama berakhir akhir pekan lalu setelah enam minggu ketenangan relatif. Selama periode itu, terjadi pertukaran sandera Israel yang diculik dalam serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 dengan tahanan Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.

Israel menyatakan ingin memperpanjang tahap pertama gencatan senjata hingga pertengahan April. Namun, Hamas bersikeras agar perundingan berlanjut ke tahap kedua, yang diharapkan mengarah pada penghentian perang secara permanen.

Dari 251 sandera yang diculik pada 7 Oktober, 58 orang masih berada di Gaza, termasuk 34 orang yang telah dikonfirmasi tewas oleh militer Israel.

"Menjaga keberlanjutan gencatan senjata, membebaskan semua sandera, dan memastikan aliran bantuan kemanusiaan ke Gaza adalah hal yang sangat penting," kata ketiga negara Eropa itu.

Baca Juga: Rp 970 Ribu Per Hari: Kisah Pria Inggris Jadi Tentara Bayaran Ukraina Berakhir di Penjara Rusia

"Semua sandera harus dibebaskan tanpa syarat, dan Hamas harus menghentikan perlakuan yang merendahkan serta mempermalukan mereka," tambah mereka.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI