Ancaman Pemindahan Warga Gaza, Presiden Suriah Sebut Ujian Bagi Bangsa Arab

Aprilo Ade Wismoyo Suara.Com
Rabu, 05 Maret 2025 | 16:26 WIB
Ancaman Pemindahan Warga Gaza, Presiden Suriah Sebut Ujian Bagi Bangsa Arab
Presiden Suriah Ahmad Al-Sharaa (Instagram)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Presiden Suriah Ahmad al-Sharaa mengutuk seruan untuk memindahkan rakyat Palestina secara paksa dari tanah mereka, menyebutnya sebagai "ujian bagi kita sebagai bangsa Arab."

“Seruan untuk pemindahan paksa rakyat Palestina adalah aib bagi kemanusiaan,” ungkap al-Sharaa dalam KTT darurat Arab terkait rekonstruksi Gaza yang berlangsung di Mesir, pada Selasa.

Ia memperingatkan bahwa ancaman tersebut tidak hanya membahayakan rakyat Palestina, tetapi juga seluruh dunia Arab.

Presiden Suriah Ahmad Al-Sharaa (Instagram)
Presiden Suriah Ahmad Al-Sharaa (Instagram)

Menurutnya, ancaman pemindahan warga Gaza itu bukan hanya isu kemanusiaan, tetapi juga merupakan ujian terhadap komitmen kita sebagai bangsa Arab terhadap perjuangan penting ini.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah beberapa kali menyerukan "pengambilalihan" Gaza dan pemindahan penduduknya untuk menjadikan wilayah tersebut sebagai destinasi wisata.

Rencana tersebut ditolak oleh banyak negara Arab dan dianggap sebagai bentuk pembersihan etnis.

Al-Sharaa menegaskan bahwa "pengusiran rakyat Palestina dari tanah mereka adalah sesuatu yang tidak bisa diterima," dan menekankan pentingnya persatuan seluruh bangsa Arab dalam melawan upaya seperti itu.

KTT darurat Arab di Kairo telah menyetujui rencana rekonstruksi Gaza yang diusulkan oleh Mesir, yang bertujuan membangun kembali Jalur Gaza tanpa memindahkan penduduknya.

Menanggapi serangan Israel terhadap Suriah, al-Sharaa menyatakan, “Sejak Israel menduduki Dataran Tinggi Golan pada 1967, mereka tidak pernah berhenti melanggar hak-hak rakyat kami.”

Baca Juga: Ancaman Netanyahu: Konsekuensi "Tak Terbayangkan" Jika Hamas Tak Bebaskan Sandera

Ia kembali mengulangi komitmen Suriah terhadap perjanjian pelepasan pasukan tahun 1974 antara Suriah dan Israel, tetapi memperingatkan bahwa pengabaian Israel yang terus-menerus terhadap perjanjian ini adalah hal yang tidak dapat diterima.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI