Iklim Makin Ganas! Gelombang Panas Paksa Filipina Tutup Sekolah

Bella Suara.Com
Senin, 03 Maret 2025 | 14:43 WIB
Iklim Makin Ganas! Gelombang Panas Paksa Filipina Tutup Sekolah
Ilustrasi cuaca panas (freepik/invizbk)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Suhu tinggi yang melanda ibu kota Filipina memaksa sekolah-sekolah di hampir separuh wilayah tersebut untuk tutup pada Senin (3/3). Penutupan ini dilakukan sebagai langkah pencegahan menghadapi musim kemarau yang terik di negara Asia Tenggara tersebut.

Badan cuaca nasional Filipina mengeluarkan peringatan bahwa indeks panas—ukuran suhu udara dan kelembaban relatif—akan mencapai tingkat "bahaya" di Manila serta dua wilayah lainnya. Dalam peringatan tersebut, badan cuaca memperingatkan bahwa kondisi ini dapat menyebabkan kram panas dan kelelahan akibat paparan suhu tinggi, serta meminta masyarakat untuk menghindari paparan sinar matahari dalam jangka waktu lama.

Gelombang panas sebelumnya pernah melanda Filipina pada April dan Mei tahun lalu, yang menyebabkan penangguhan kelas tatap muka hampir setiap hari, berdampak pada jutaan siswa. Pada puncaknya, suhu di Manila mencapai rekor 38,8 derajat Celsius pada 27 April 2023.

Meski suhu pada Senin ini diperkirakan hanya mencapai 33 derajat Celsius, pemerintah daerah di Manila dan enam distrik lainnya tetap mengambil langkah preventif dengan menutup ruang kelas. Wilayah ibu kota sendiri memiliki populasi siswa lebih dari 2,8 juta orang berdasarkan data departemen pendidikan setempat.

Baca Juga: Suara.com Terpilih Ikuti Bootcamp Constructive Journalism di Boracay Filipina

Di distrik Malabon, penangguhan sekolah memengaruhi lebih dari 68.000 siswa di 42 sekolah. "Kami terkejut dengan peringatan indeks panas," kata pejabat departemen pendidikan distrik Malabon, Edgar Bonifacio. Ia menambahkan bahwa meskipun panas belum terasa berlebihan, protokol dari gelombang panas tahun lalu membuat pengawas sekolah merekomendasikan penangguhan kelas tatap muka.

Sementara itu, di distrik Valenzuela, 69 sekolah telah diinstruksikan untuk beralih ke model pembelajaran alternatif, termasuk kelas daring. Pejabat sekolah Annie Bernardo menyebutkan bahwa langkah ini diambil untuk menghindari dampak buruk suhu tinggi terhadap kesehatan siswa.

Fenomena suhu ekstrem ini bukan hanya terjadi di Filipina, tetapi juga tercatat secara global. Pada 2024, suhu rata-rata global mencapai rekor tertinggi dan bahkan sempat melampaui ambang batas pemanasan kritis 1,5 derajat Celsius. Menurut laporan UNICEF, cuaca ekstrem telah mengganggu sekolah bagi sekitar 242 juta anak di 85 negara tahun lalu, termasuk Filipina, dengan gelombang panas menjadi salah satu faktor utama.

Para ilmuwan menyoroti bahwa aktivitas manusia, terutama pembakaran bahan bakar fosil yang berlebihan selama beberapa dekade, telah memicu pemanasan global dan mengubah pola cuaca. Dampaknya, periode basah menjadi lebih basah dan periode kering semakin kering, yang meningkatkan intensitas panas serta badai, dan membuat penduduk lebih rentan terhadap bencana.

Pemerintah Filipina terus memantau perkembangan suhu dan akan menyesuaikan kebijakan pendidikan serta kesehatan masyarakat guna menghadapi tantangan perubahan iklim yang semakin nyata.

Baca Juga: Hujan di NTB Mulai Berkurang di Awal Ramadan

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI