Suara.com - Gerakan perlawanan Palestina Hamas telah menolak "rumusan" Israel untuk memperpanjang fase pertama gencatan senjata alih-alih melanjutkan ke fase kedua seperti yang direncanakan semula, dengan menyebutnya "tidak dapat diterima."
Saat fase pertama gencatan senjata Israel-Hamas di Gaza hampir berakhir, negosiasi untuk tahap berikutnya, yang bertujuan untuk mengamankan gencatan senjata permanen, sejauh ini belum meyakinkan.
Juru bicara Hamas Hazem Qassem mengatakan kepada Al Araby TV bahwa tidak ada pembicaraan yang diadakan untuk fase kedua gencatan senjata, meskipun fase pertama akan berakhir pada hari Sabtu.
Qassem mengatakan bahwa Israel memikul tanggung jawab atas penundaan tersebut, seraya menambahkan bahwa rezim tersebut berusaha untuk membebaskan tahanan yang tersisa dari Gaza sambil tetap mempertahankan opsi untuk melanjutkan perang.
Baca Juga: Gencatan Senjata Israel-Hamas di Ujung Tanduk: Nasib Sandera Masih Tak Pasti
Ia mengatakan Israel menghindari komitmennya untuk mengakhiri perang dan menarik diri sepenuhnya dari Gaza.
Komentar tersebut muncul sehari setelah Hamas mendesak Israel untuk beralih ke fase kedua dan menegaskan "komitmen penuhnya untuk menerapkan semua ketentuan perjanjian dalam semua tahap dan detailnya."
Layanan informasi negara Mesir melaporkan pada hari Jumat bahwa pejabat Israel bergabung dengan mediator dari Qatar dan AS pada hari Kamis untuk "diskusi intensif" mengenai fase kedua kesepakatan gencatan senjata di Gaza.
Rezim Israel dan Hamas mengumumkan kesepakatan gencatan senjata tiga fase pada tanggal 15 Januari, menyusul negosiasi tidak langsung yang didukung PBB antara kedua belah pihak. Gencatan senjata secara resmi berlaku pada tanggal 19 Januari.
Hamas telah menegaskan kembali komitmennya terhadap negosiasi untuk fase kedua kesepakatan tersebut, dengan mengatakan bahwa Israel "tidak punya pilihan" selain terlibat dalam perundingan.
Baca Juga: Masa Depan Gencatan Senjata Gaza Masih Tidak Pasti