Tips Puasa Aman dan Nyaman untuk Penderita Gangguan Paru dan Pernapasan Menurut Pakar

Minggu, 02 Maret 2025 | 13:48 WIB
Tips Puasa Aman dan Nyaman untuk Penderita Gangguan Paru dan Pernapasan Menurut Pakar
ilustrasi pernapasan berat (freepik.com)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Bulan suci Ramadan menjadi momen baik bagi umat muslim untuk perbanyak ibadah. Namun, bagi sebagian masyarakat yang memiliki gangguan kesehatan paru dan pernapasan, puasa bisa menjadi tantangan tersendiri.

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof. Tjandra Yoga Aditama, membagikan empat pesan penting agar penderita penyakit paru seperti asma bronkial, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), bronkitis kronik, emfisema, atau infeksi paru dapat menjalani puasa dengan aman dan nyaman.

1. Perhatikan Asupan Gizi untuk Kesehatan Paru

Menjaga pola makan yang seimbang sangat penting, terutama dalam hal hidrasi. Prof. Tjandra menyarankan agar saat berbuka puasa, konsumsi air dalam jumlah cukup yang harus menjadi prioritas karena rehidrasi membantu mengurangi kekentalan lendir di saluran napas.

Baca Juga: Tantangan Kesehatan Indonesia: Pencegahan dan Terapi untuk Penyintas TB dan Penyakit Paru Kronis

"Ini penting bagi kesehatan paru karena kekentalan mukus di dalam saluran napas akan berhubungan dengan tingkat dehidrasi atau rehidrasi tubuh kita. Sebaiknya dihindari minuman bersoda atau minuman aditif lain," saran Tjandra dalam keterangannya, dikutip Minggu (2/3/2025).

Makanan yang dianjurkan untuk berbuka puasa sebaiknya pilih makanan rendah lemak serta mengandung gula alami. Makanan dalam bentuk sup juga dianjurkan serta tentu buah dan berbagai jenis kurma.

Sementara itu, untuk sahur, makanan yang mengandung karbohidrat berserat tinggi seperti nasi merah, roti gandum, atau makanan wholegrain lebih dianjurkan karena dapat memberikan rasa kenyang lebih lama dan menjaga energi sepanjang hari.

2. Aktivitas Fisik Tetap Penting

Meskipun saat berpuasa energi tubuh terbatas, Tjandra menekankan pentingnya tetap bergerak sesuai kemampuan.

Baca Juga: Mengenal Teknologi VATS, Harapan Baru Pengobatan Pasien Penyakit Paru-Paru

"Aktifitas fisik sesuai kemampuan kita dan ini akan sangat bermanfaat bagi kesehatan paru. Khusus mereka dengan kondisi paru tertentu maka dapat dilakukan tehnik tertentu seperti aerobik bertahap," kata Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI).

3. Konsumsi Obat dengan Pola yang Tepat

Bagi pengidap penyakit paru yang harus mengonsumsi obat, Prof. Tjandra mengingatkan agar tetap mengikuti aturan dokter dan menyesuaikan jadwal minum obat dengan pola puasa.

“Jika obat harus diminum tiga kali sehari, bisa diatur saat berbuka, sebelum tidur setelah tarawih, dan saat sahur. Jika dua kali sehari, cukup saat berbuka dan sahur,” jelasnya.

Terkait penggunaan inhaler, yang sering dipertanyakan apakah membatalkan puasa atau tidak, ia menyarankan untuk memilih jenis kerja panjang atau long-acting yang bisa digunakan setelah berbuka dan sebelum sahur. Sedangkan bagi pasien yang membutuhkan oksigen, jika penggunaannya hanya sesekali dan dalam kondisi terkontrol, maka masih bisa ditoleransi.

Namun, jika sudah dalam kondisi parah dan memerlukan oksigen intensif, perlu pertimbangan lebih lanjut terkait kewajiban berpuasa.

4. Momentum untuk Berhenti Merokok

Bagi perokok, puasa bisa menjadi kesempatan emas untuk berhenti merokok. Karena waktu puasa di Indonesia yang selama 14 jam telah berhasil tidak merokok.

“Marilah gunakan momentum yang baik ini untuk tetap terus tidak merokok di sore dan malam hari, dan juga nanti sesudah Iedul Fitri, sehingga bulan puasa tahun ini menjadi saat berharga bagi kesehatan para perokok karena berhasil berhenti merokok sepenuhnya," pesannya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI