Senator Amerika Minta Zelensky Mundur dari Jabatan Presiden Ukraina usai Berdebat Sengit dengan Donald Trump

Bella Suara.Com
Sabtu, 01 Maret 2025 | 17:39 WIB
Senator Amerika Minta Zelensky Mundur dari Jabatan Presiden Ukraina usai Berdebat Sengit dengan Donald Trump
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy saat terlibat cekcok dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Ruang Oval. (tangkapan layar/x)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pertemuan antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Ruang Oval pada Jumat lalu berakhir dengan ketegangan, memicu reaksi keras dari sejumlah tokoh politik Amerika. Senator Lindsey Graham (R-SC) secara terbuka mengecam sikap Zelensky dalam pertemuan tersebut dan mempertanyakan apakah AS masih dapat bekerja sama dengan pemimpin Ukraina tersebut.

“Apa yang saya lihat di Ruang Oval tidak sopan, dan saya tidak tahu apakah kita bisa berbisnis dengan Zelensky lagi,” ujar Graham kepada wartawan di luar Gedung Putih setelah Trump membatalkan konferensi pers bersama yang dijadwalkan dan memerintahkan Zelensky untuk meninggalkan gedung eksekutif.

Menurut laporan, pertemuan yang dimaksud awalnya dijadwalkan sebagai momen untuk memperkuat hubungan antara AS dan Ukraina, namun berubah menjadi debat sengit antara Zelensky dan Trump serta Wakil Presiden JD Vance. Zelensky disebut-sebut mengajukan tuntutan mengenai dukungan ekonomi dan militer, yang menurut beberapa sumber dianggap terlalu berlebihan oleh pihak AS.

Senator Graham, yang sebelumnya dikenal sebagai pendukung kuat Ukraina di Kongres, mengungkapkan kekecewaannya terhadap sikap Zelensky.

Baca Juga: Tegang! Donald Trump Sebut Zelensky Tidak Menghormati Amerika Serikat

“Saya tidak pernah sebangga ini dengan Presiden Trump dan JD Vance yang membela kepentingan negara kita. Kami ingin membantu, tetapi ada batasannya,” tegasnya.

Saat ditanya apakah Zelensky sebaiknya mengundurkan diri, Graham menjawab, “Dia harus mengundurkan diri dan mengirim seseorang yang bisa bekerja sama dengan kita, atau dia harus berubah.”

Sikap keras terhadap Zelensky juga datang dari Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, yang dalam wawancara dengan Bloomberg menyebut bahwa tujuan pertemuan tersebut adalah untuk menunjukkan tidak ada celah antara Amerika dan Ukraina. Namun, menurutnya, Zelensky justru menghancurkan tujuan itu dengan sikapnya.

“Presiden Zelensky dan saya telah melakukan negosiasi yang cukup panas di Kyiv, tetapi kita tidak melakukan negosiasi di depan umum seperti ini. Itu hanya memperburuk keadaan,” kata Bessent.

Di sisi lain, setelah pertemuan yang penuh ketegangan ini, Zelensky mencoba meredakan situasi melalui pernyataannya di platform X.

Baca Juga: Debat Sengit, Trump Sebut Zelensky Berjudi dengan Perang Dunia III

“Terima kasih Amerika, terima kasih atas dukungan Anda, terima kasih atas kunjungan ini. Terima kasih @POTUS, Kongres, dan rakyat Amerika. Ukraina membutuhkan perdamaian yang adil dan abadi, dan kami bekerja untuk itu,” tulisnya.

Namun, peristiwa ini memicu perpecahan dalam pandangan politik di AS. Anggota Partai Republik seperti Rep. Brian Mast (R-Fla.) dan Senator Jim Banks (R-Ind.) mendukung langkah Trump dan Vance, menyatakan bahwa AS tidak boleh dimanfaatkan. “Zelensky harus kembali saat ia serius memperjuangkan perdamaian,” kata Banks.

Sementara itu, Partai Demokrat mengkritik keras sikap Trump dan Vance, menyatakan bahwa respons mereka terhadap Zelensky hanya akan menguntungkan Rusia. Pemimpin Minoritas DPR Hakeem Jeffries (D-NY) menyebut bahwa kejadian ini hanya akan semakin membesarkan hati Vladimir Putin.

Senator Mike Lee (R-Utah), yang duduk di Komite Hubungan Luar Negeri Senat, menolak anggapan bahwa Trump berpihak pada Rusia, tetapi mengkritik Zelensky atas permintaan bantuannya yang dinilai tidak realistis.

“Trump dan Vance berpihak pada Amerika—bukan pada siapa pun di Rusia,” katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI