Suara.com - Depo atau tempat penampungan bahan bakar minyak (BBM) milik PT Orbit Terminal Merak (OTM) di Cilegon, Banten turut digeledah oleh Kejaksaan Agung (Kejagung) pada Kamis (28/2/2025) kemarin. Penggeledahan itu terkait penyidikan kasus skandal mega korupsi terkait pengoplosan BBM di Pertamina yang diduga merugikan negara Rp197, 3 Triliun.
Dari hasil penggeledahan di depo milik tersangka Dirut PT Orbit Terminal Merak, Gading Ramadhan Joedo, penyidik Kejagung menyita sebanyak 95 bundel dokumen administrasi dan kontrak perusahaan.
Perihal penggeledahan itu diungkapkan oleh Kapuspenkum Kejagung, Halri Siregar.
“Penyidik juga menyita setidaknya 95 bundel berupa dokumen yang terkait dengan berbagai administrasi persuratan dan kontrak,” ujat Harli, Jumat (28/2/2025).

Selain itu, penyidik Kejagung juga menyita dua ponsel. Kekinian barang bukti elektronik itu sedang dianalisi apakah berkaitan atau tidak dengan kasus korupsi tersebut.
“Kemudian membawa barang bukti elektronik berupa dua unit handphone yang tentunya ke depan akan dianalisis, dibaca apa yang menjadi isi dan keterkaitan dengan perkara ini,” tambahnya.
Tak hanya depo penyimpanan BBM milik tersangka Gading, Kejagung juga turut menggeledah dua rumah milik pengusaha Riza Chalid yang diketahui adalah ayah dari tersangka Muhammad Kerry Andrianto Riza.
Dua rumah milik pengusaha migas yang digeledah oleh Kejagung pada Kamis kemarin itu berada di Jalan Jenggala dan Panglima Polim, Jakarta Selatan.
“Dari sana (kediaman Riza Chalid), penyidik membawa menyita berupa DVR serta CCTV,” jelasnya.
![Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga Riva Siahaan berjalan memasuki mobil tahanan usai ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan korupsi dalam tata kelola minyak mentah dan produk kilang pada PT Pertamina Subholding dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) tahun 2018-2023 di Kejaksaan Agung, Jakarta, Selasa (25/2/2025). [ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/nym]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/02/26/41384-kasus-korupsi-tata-kelola-minyak-mentah-pertamina-riva-siahaan.jpg)
Tersangka Skandal Korupsi BBM
Diketahui, Kejaksaan Agung telah menetapkan sembilan tersangka terkait kasus mega korupsi dugaan tata kelola minyak mentah Pertamina periode Tahun 2018-2023 yang merugikan negara sebesar Rp193,7 triliun. Tak hanya RON 90, Kejagung menemukan dugaan oplos RON 88 dengan RON 92 (Pertamax). Hal itu berdasar penetapan dua tersangka dalam skandal korupsi BBM di Pertamina.
Berikut nama para tersangka yang kini telah ditahan oleh Kejagung dalam skandal korupsi BBM Pertamina:
- Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga, Riva Siahaan selaku
- Direktur Optimasi Feedstock dan Produk, Sani Dinar Saifuddin
- Dirut PT Pertamina Internasional Shipping, Yoki Firnandi
- Vice President Feedstock Manajemen Kilang Pertamina Internasional, Agus Purwono.
- Beneficial Owner PT Navigator Khatulistiwa sekaligus putra pengusaha Riza Chalid, Muhammad Kerry Andrianto Riza.
- Komisaris PT Navigator Khatulistiwa sekaligus Komisaris PT Jenggala Maritim; Dimas Werhaspati.
- Komisaris PT Jenggala Maritim sekaligus Dirut PT Orbit Terminal Merak, Gading Ramadhan Joedo.
- Direktur Pemasaran Pusat dan Niaga Pertamina Patra Niaga, Maya Kusmaya.
- VP Trading Operations PT Pertamina Patra Niaga, Edward Corne.

Bantahan Pertamina Oplos BBM
Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) membantah tudingan adanya bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax yang dioplos dengan BBM jenis Pertalite. Hal itu sekaligus memastikan bahwa Pertamax yang beredar di masyarakat sudah sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan.
"Narasi oplosan itu tidak sesuai dengan apa yang disampaikan kejaksaan,” ujar Vice President Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso ketika ditemui di Gedung DPD RI, Jakarta, Selasa (25/2/2025).
Menurut Fadjar, terdapat narasi yang keliru ketika memahami pemaparan oleh Kejaksaan Agung. Fadjar menjelaskan, bahwa yang dipermasalahkan oleh Kejaksaan Agung adalah pembelian RON 90 dan RON 92, bukan terkait adanya oplosan Pertalite menjadi Pertamax.
RON 90 adalah jenis bahan bakar minyak (BBM) yang memiliki nilai oktan sebesar 90. Pada produk Pertamina, RON 90 adalah Pertalite, di sisi lain RON 92 adalah Pertamax.
Dalam kesempatan tersebut, Fadjar menegaskan bahwa produk Pertamax yang sampai ke masyarakat sudah sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan.