Trump Optimis Perang Ukraina Berakhir Dalam Hitungan Minggu, Pasukan Penjaga Perdamaian Eropa Jadi Kunci

Bella Suara.Com
Selasa, 25 Februari 2025 | 06:59 WIB
Trump Optimis Perang Ukraina Berakhir Dalam Hitungan Minggu, Pasukan Penjaga Perdamaian Eropa Jadi Kunci
Tangkapan layar - Presiden Ke-47 Amerika Serikat, Donald Trump, saat mengambil sumpah pelantikannya di Capitol Rotunda, Washington DC pada Selasa dini hari. (ANTARA/youtube@foxnews)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Prancis Emmanuel Macron bertemu di Gedung Putih pada Senin (24/2) dalam upaya meredakan ketegangan transatlantik terkait konflik Ukraina. Dalam pertemuan tersebut, Trump mengungkapkan optimismenya bahwa perang antara Rusia dan Ukraina dapat diakhiri dalam beberapa minggu dengan dukungan pasukan penjaga perdamaian Eropa.

Pernyataan ini disampaikan pada peringatan tiga tahun invasi Rusia ke Ukraina. Trump juga menyebut bahwa Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dijadwalkan akan berkunjung dalam waktu dekat untuk menandatangani kesepakatan yang memberi Washington akses terhadap mineral strategis Kyiv.

“Saya pikir kita bisa mengakhirinya dalam beberapa minggu – jika kita cerdas. Jika kita tidak cerdas, ini akan terus berlanjut,” ujar Trump dalam pertemuan dengan Macron di Ruang Oval.

Presiden AS tersebut juga mengklaim bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin bersedia menerima kehadiran pasukan Eropa di Ukraina sebagai bagian dari jaminan kesepakatan damai. Macron menegaskan bahwa Eropa siap meningkatkan anggaran pertahanan serta berkomitmen untuk mengerahkan pasukan penjaga perdamaian jika diperlukan. Namun, ia tetap menginginkan keterlibatan kuat dari AS dalam inisiatif ini.

Baca Juga: Putin Undang AS Investasi Mineral Strategis di Ukraina yang Diduduki Rusia

Dalam pertemuan tersebut, Macron dan Trump membahas kemungkinan pengerahan pasukan penjaga perdamaian Eropa di Ukraina pasca-kesepakatan damai. Inggris dan Prancis telah menyatakan kesiapan mereka untuk menyumbangkan pasukan guna menjaga stabilitas dan mencegah serangan Rusia di masa depan.

"Idenya adalah untuk menempatkan tentara di garis kedua, bukan di garis depan. Ini dapat dikombinasikan dengan operasi multinasional yang melibatkan kontingen non-Eropa," ungkap seorang sumber dari pemerintahan Prancis.

Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, yang dijadwalkan bertemu Trump pada Kamis (27/2), juga turut terlibat dalam diskusi mengenai strategi keamanan ini. Macron dan Starmer disebut akan meminta AS untuk memberikan jaminan keamanan yang kuat bagi pasukan yang dikerahkan, serta dukungan logistik dan intelijen.

Meski pertemuan berlangsung dengan nada bersahabat, perbedaan sikap antara AS dan sekutunya di Eropa terkait Ukraina tetap menjadi sorotan. Trump sebelumnya mengindikasikan kesiapannya untuk berdiplomasi langsung dengan Rusia tanpa melibatkan sekutu Eropa maupun Ukraina. Pernyataan ini memicu kekhawatiran bahwa AS dapat mengurangi keterlibatannya dalam aliansi transatlantik yang telah berlangsung selama 80 tahun.

Macron, yang menjadi ujung tombak diplomasi Eropa dalam merespons kebijakan Trump, berusaha memastikan bahwa AS tetap mendukung kedaulatan Ukraina dan keamanan Eropa secara keseluruhan. Ia juga telah melakukan koordinasi dengan berbagai pemimpin Eropa, termasuk Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban yang dikenal pro-Moskow, sebelum perjalanannya ke Washington.

Baca Juga: Xi Jinping dan Putin Bahas Perkembangan Terbaru Konflik Ukraina, Ini Isi Pembicaraannya

Selain membahas Ukraina, Trump dan Macron juga menyinggung isu perdagangan antara AS dan Uni Eropa. Trump telah mengancam akan menerapkan tarif besar-besaran terhadap blok tersebut, yang berpotensi memicu ketegangan lebih lanjut dalam hubungan ekonomi transatlantik. Penasihat Keamanan Nasional AS, Mike Waltz, mengonfirmasi bahwa pembicaraan terkait jaminan keamanan dan kebijakan perdagangan menjadi agenda utama dalam pertemuan kedua pemimpin.

Dengan adanya diskusi ini, baik AS maupun Eropa berharap dapat mencapai kesepakatan strategis yang tidak hanya menghentikan konflik di Ukraina tetapi juga memperkuat hubungan diplomatik antara kedua belah pihak di tengah dinamika geopolitik global yang semakin kompleks.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI