Diplomat Uni Eropa Sebut Putin Diktator, Usai Trump Serang Zelensky

Aprilo Ade Wismoyo Suara.Com
Jum'at, 21 Februari 2025 | 07:47 WIB
Diplomat Uni Eropa Sebut Putin Diktator, Usai Trump Serang Zelensky
Presiden Rusia Vladimir Putin sedang melakukan konferensi pers (Twitter.com/President of Rusia)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Diplomat tertinggi Uni Eropa mengatakan pada hari Kamis bahwa ia awalnya mengira Presiden AS Donald Trump telah mencampuradukkan Volodymyr Zelensky dengan Vladimir Putin ketika ia menyebut pemimpin Ukraina itu sebagai "diktator".

"Pertama kali ketika saya mendengar ini, saya seperti, oh, ia pasti mencampuradukkan keduanya, karena jelas Putin adalah diktator," kata Kaja Kallas kepada wartawan di Johannesburg.

Dalam sebuah unggahan di platform Truth Social miliknya pada hari Rabu, Trump menulis bahwa Zelensky adalah "diktator tanpa pemilihan umum".

Masa jabatan lima tahun Zelensky berakhir tahun lalu tetapi hukum Ukraina tidak mewajibkan pemilihan umum selama masa perang.

Baca Juga: Trump Klaim Dirinya Cegah Perang Dunia III, Kecam Zelensky "Diktator"

"Zelensky adalah pemimpin terpilih dalam pemilihan umum yang adil dan bebas," kata Kallas dalam sebuah pengarahan setelah menghadiri pertemuan menteri luar negeri G20.

Konstitusi banyak negara mengizinkan pemilihan umum ditangguhkan selama masa perang untuk fokus pada konflik, katanya.

"Rusia, yang menyerang Ukraina pada tahun 2022, dapat memilih untuk mengadakan pemilihan umum yang bebas tetapi mereka takut demokrasi akan berkembang, karena dalam demokrasi, para pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban," kata kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa.

"Itu benar-benar dari buku pegangan diktator."

Trump telah mengguncang Ukraina dan para pendukungnya di Eropa dengan membuka pembicaraan langsung dengan Moskow untuk mengakhiri perang, tetapi tidak termasuk Kyiv dan negara-negara Eropa.

Baca Juga: Donald Trump: Zelenskyy Gagal, Saatnya Gencatan Senjata Rusia-Ukraina

Kallas mengatakan fokus harus tetap pada dukungan terhadap Ukraina dan memberikan tekanan politik dan ekonomi pada Rusia.

Semakin kuat Ukraina di "medan perang, semakin kuat mereka di belakang meja perundingan," katanya, seraya menambahkan, "Rusia tidak benar-benar menginginkan perdamaian."

Kallas mengatakan, terlalu dini untuk berbicara tentang pengiriman pasukan untuk melindungi Ukraina setelah kesepakatan gencatan senjata dengan Rusia.

Sebaliknya, Ukraina membutuhkan jaminan keamanan konkret bahwa Rusia tidak akan menyerang lagi, katanya, seraya menambahkan bahwa sejarah telah menunjukkan bahwa gencatan senjata hanyalah kesempatan bagi Rusia "untuk berkumpul kembali dan mempersenjatai kembali."

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI