Suara.com - Gencatan senjata yang rapuh antara Israel dan Hamas di Gaza telah mendorong kelompok Palestina itu untuk menunda pemilihan pemimpin baru untuk biro politiknya, sumber-sumber dalam gerakan itu mengatakan kepada Asharq Al-Awsat.
Hamas awalnya berencana untuk mengadakan pemilihan setelah gencatan senjata bulan lalu di daerah kantong itu, tetapi penilaian internal menyebabkan penundaan, kata sumber-sumber itu.
Sejak pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh oleh Israel pada Juli 2024, diikuti oleh pembunuhan penggantinya Yahya Sinwar pada Oktober, yang dilaporkan secara kebetulan, kelompok itu telah beroperasi di bawah struktur "dewan kepemimpinan".
Dewan itu dipimpin oleh Mohammed Darwish, seorang tokoh yang sebelumnya tidak terlalu dikenal dalam Hamas yang jarang muncul di media. Pejabat senior Khalil al-Hayya juga muncul sebagai perwakilan utama, yang sering memimpin delegasi kelompok itu.
Baca Juga: Visi Trump untuk Gaza: Akankah Picu Pelanggaran Hukum Internasional?
Para pemimpin Hamas sepakat tentang perlunya memilih atau menunjuk kepala baru untuk biro politik kelompok itu di Gaza, sumber-sumber menegaskan. Al-Hayya secara efektif telah mengisi peran tersebut untuk sementara, kata mereka.
Namun, pemilihan umum tidak serta merta berarti ia akan mengundurkan diri. Sebaliknya, ia dapat tetap menduduki jabatan tersebut di bawah struktur yang didukung oleh lembaga dan kepemimpinan Hamas di semua tingkatan, sumber menambahkan.
Dewan kepemimpinan Hamas akan terus membuat keputusan penting karena kondisi politik dan keamanan menunda pemilihan umum, mereka menjelaskan.
Singkatnya, perkembangan terakhir memaksa Hamas untuk menunda pemungutan suara kepemimpinannya. Itulah sebabnya dewan kepemimpinan saat ini akan tetap bertugas hingga lingkungan politik dan keamanan yang stabil memungkinkan pemilihan umum.
Di tingkat pemerintahan, sumber tersebut mengatakan upaya sedang dilakukan untuk merestrukturisasi kerangka administratif Gaza, khususnya untuk mengelola berkas-berkas penting dan menunjuk seorang tokoh sementara untuk memimpin pemerintahan hingga kesepakatan tentang masa depan daerah kantong itu tercapai.
Baca Juga: Ultimatum Israel untuk Hamas: Serahkan Senjata atau Hadapi Penaklukan Gaza
Keterlibatan Hamas dalam membentuk masa depan Gaza tetap menjadi masalah yang kompleks di tingkat lokal, regional, dan internasional, karena upaya terus dilakukan untuk memperkuat gencatan senjata yang rapuh dengan Israel.
Sumber-sumber dalam gerakan tersebut juga mengungkapkan bahwa Hamas bersedia menunjukkan “fleksibilitas maksimum” untuk mendorong kesepakatan gencatan senjata, maju ke fase negosiasi berikutnya, dan akhirnya mengakhiri perang.