Suara.com - Presiden Prabowo Subianto dinilai belum mampu menerima dengan baik berbagai kritik dan masukan dari publik terkait program makan bergizi gratis (MBG). Tim komunikasi Prabowo juga dinilai tidak punya langkah antisipasi dalam menyikapi berbagai fenomena negarif terkait MBG.
Direktur eksekutif Pusat Kajian Strategis dan Insternasional atau CSIS Indonesia Medelina Hendytio mengatakan, buruknya komunikasi kepresidenan terlihat dari tidak siapnya mereka dalam menghadapi berbagai kritikan. Bahkan juga penolakan terhadap program MBG seperti yang terjadi di Papua.
"Bagaimana yang berlaku di Papua saat ini proses terhadap penolakan ataupun preferensi yang lain dari pemberian makanan gratis, harusnya memang sudah menjadi antisipasi bahwa akan terjadi semacam itu," kata Medelina dalam diskusi media secara virtual, Selasa (13/2/2025).
Dia menyoroti bahwa selama ini publik telah memperhatikan program MBG tersebut. Sejumlah ahli juga ramai memberikan saran terkait penyajian makanan yang belum ideal ataupun terkait masalah yang terjadi. Namun, Medelina melihat kalau pemerintah seperti tidak siap dengan kritik maupun saran tersebut.
"Saya kira ini terkait dengan bagaimana seluruh program itu dikomunikasikan secara baik," imbuhnya.
Kendati Prabowo mengatakan kalau pemerintahannya terbuka terhadap kritik dan saran, namun menurut Medelina, hal itu justru tidak dicontohkan sendiri oleh presiden.
"Saya agak menyesalkan bagaimana Presiden kemarin dalam pidatonya, menyikapi masukan yang diberikan oleh para peneliti, oleh para ahli, tentang bagaimana makan bergizi gratis ini sebaiknya. Kalaupun mengatakan bahwa sangat terbuka pada masukan, tetapi gesture yang ditampilkan itu adalah sebagai sesuatu yang sangat baperan," tutur Medelina.
Dia pun menyarankan kepada Prabowo agar memperbaiki tim komunikasi kepresidenannya.
Baca Juga: Istana Klaim Mobil dari Erdogan untuk Negara, KPK Minta Prabowo Tetap Harus Lapor