Klaim Mengejutkan dari Kremlin! Trump Beri 'Lampu Hijau' Rusia Serang Inggris?

Bella Suara.Com
Selasa, 18 Februari 2025 | 15:34 WIB
Klaim Mengejutkan dari Kremlin! Trump Beri 'Lampu Hijau' Rusia Serang Inggris?
Tangkapan layar - Presiden Ke-47 Amerika Serikat, Donald Trump, saat mengambil sumpah pelantikannya di Capitol Rotunda, Washington DC pada Selasa dini hari. Trump akan segera mengesahkan aturan terkait penetapan status darurat nasional di perbatasan bagian selatan negara itu. (ANTARA/youtube@foxnews)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pernyataan sensasional dari seorang sumber dalam Kremlin mengklaim bahwa mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, memberikan "lampu hijau" kepada Rusia untuk menyerang kota-kota besar Eropa, termasuk London. Klaim ini muncul setelah pernyataan kontroversial dari Menteri Pertahanan Trump, Pete Hegseth, yang menyebutkan bahwa negara-negara Eropa harus berkomitmen lebih besar untuk membela benua mereka.

Hegseth juga menambahkan bahwa Ukraina tidak bisa mengharapkan untuk kembali ke perbatasan sebelum 2014 dan harus merelakan wilayah yang diambil dengan paksa, sebuah kenyataan yang sudah terjadi di Eropa sejak berakhirnya Perang Dunia II. Pernyataan ini mendapat sorotan tajam dari berbagai kalangan, baik di Eropa maupun di Rusia.

Pada acara televisi Rusia "The Evening with Vladimir Solovyov," ilmuwan politik Sergey Mikheyev menyatakan, "Kecuali Amerika sedang berpura-pura, meskipun masalah domestik di sana tentu sangat serius, kita harus menyampaikan hal ini dengan jelas kepada Eropa. Sekarang, kita benar-benar bisa menyerang Brussels, London, dan Paris. Lupakan Pasal 5 dan lupakan bantuan dari Amerika."

Donald Trump dan Vladimir Putin (REUTERS/Kevin Lamarque)
Donald Trump dan Vladimir Putin (REUTERS/Kevin Lamarque)

Pasal 5 yang dimaksud mengacu pada jaminan keamanan NATO, yang mewajibkan anggota organisasi untuk membela negara sekutunya jika mereka diserang secara pre-emptive. Pasal ini menjadi landasan utama pakta pertahanan NATO selama Perang Dingin dan dirancang untuk mengekang Uni Soviet.

Baca Juga: Ukraina Absen dalam Pembicaraan AS-Rusia, Zelenskyy: Sia-Sia Tanpa Kami

Pernyataan Mikheyev menggambarkan perubahan besar dalam dinamika politik global. Ia menyoroti bagaimana Amerika Serikat, di bawah kepemimpinan Trump, seolah mundur dari perannya sebagai pelindung utama Eropa.
Hal ini berpotensi mengubah tatanan dunia pasca-Perang Dunia II, di mana negara-negara Eropa harus memikirkan kembali alokasi anggaran mereka untuk pertahanan militer.

Selain itu, beberapa pihak di Rusia menyambut baik sikap Trump yang tampaknya lebih terbuka untuk membahas kondisi damai dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin. Beberapa di antaranya bahkan menganggap panggilan telepon antara Trump dan Putin sebagai "kesuksesan besar," dengan membandingkannya dengan kekuatan imperium Romawi yang menghubungi pemimpin suku barbar.

"Blokade telah pecah," kata Karen Shakhnazarov, Direktur Jenderal studio film Mosfilm.

"Itu sangat berarti bagi mereka bahwa presiden Amerika Serikat, negara terkuat di Barat, sebesar Imperium Romawi, melakukan panggilan ini. Rasanya seperti Julius Caesar sendiri menelepon seorang barbar, seorang kepala suku dari suku Jerman." lanjutnya.

Sikap Trump terhadap Ukraina ini semakin menambah ketegangan internasional. Banyak pihak mengkritik langkah ini sebagai pengkhianatan terhadap negara yang telah diserang, sementara di sisi lain, beberapa pihak di Rusia melihatnya sebagai peluang untuk memperkuat posisi mereka di Eropa.

Baca Juga: Visi Trump untuk Gaza: Akankah Picu Pelanggaran Hukum Internasional?

Di Inggris, Perdana Menteri Keir Starmer juga mengonfirmasi komitmennya untuk mengirim pasukan Inggris ke Ukraina sebagai bagian dari misi penjaga perdamaian. Ini mencerminkan perubahan signifikan dalam kebijakan pertahanan Eropa, yang kini harus menyesuaikan diri dengan dinamika baru yang dihadirkan oleh kebijakan luar negeri Amerika.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI