Sebelum pengakuan ibunya, Josie pernah mendengar desas-desus bahwa pria yang membesarkannya bukanlah ayah kandungnya. Saat masih kecil, ia sering mendengar pertengkaran orang tuanya.
"Ketika aku berusia lima tahun, aku mendengar mereka bertengkar. Ayah pergi dengan marah, dan ibu mengatakan bahwa ayah kandungku adalah pria tinggi, lebih tua, dan tampan," kenangnya.
Namun, sebagai anak kecil, Josie tidak memahami maksud perkataan ibunya.
"Aku tidak mengerti apa maksudnya saat itu. Aku hanya merasa lebih dekat dengan ibu, meskipun ayah adalah orang tua yang baik. Saat aku berusia sembilan tahun, dia bilang bahwa dia tahu aku bukan anak kandungnya, tapi selama dia yang membesarkanku, aku tetap anaknya. Aku hanya menganggap itu masuk telinga kanan, keluar telinga kiri." ungkap Josie.
Diterima dengan Hangat oleh Keluarga Baru
Setelah menemukan saudara-saudara kandungnya melalui situs DNA, Josie memberanikan diri untuk menghubungi mereka. Ia akhirnya bertemu mereka melalui panggilan Zoom dan terkejut saat mengetahui bahwa mereka ternyata tumbuh besar di lingkungan yang sama dengannya.
Ia kemudian diundang ke reuni keluarga tahunan yang telah berlangsung selama lebih dari 50 tahun.
"Aku sangat gugup menjadi orang baru di acara tersebut. Bagaimana jika keluarga besar ayah tidak menerimaku?" ujarnya.
Namun, kekhawatirannya sirna saat ia menerima sambutan penuh cinta.
"Ketika aku tiba, mereka langsung menyambutku dengan begitu hangat. Rasanya seperti aku menjadi bintang di acara itu. Aku merasa sangat beruntung." ungkapnya.
Baca Juga: Perempuan 20 Tahun Ditembak Mati Saudara Kandung Gara-gara Video TikTok
Josie juga mengunjungi kakak tertuanya, Ethel, yang kini berusia 99 tahun.