Fatchiah menekankan, pasti terdapat perbedaan asupan kalori dan nutrisi antara anak SD, SMP, sampai SMA.
"Semua hal di atas akan berpengaruh pada proses tumbuh kembang psikologi-terutama kesehatan mental anak. Istilah bergizi dan bernutrisi itu diharapkan bisa berpengaruh pada perkembangan fisik anak, emosional, dan banyak hal," ujar dia.
"Makanan anak harus sesuai porsi dan angka kecukupan gizi untuk masing-masing level pendidikan," imbuhnya.
Aspek Fiskal Program MBG
Sementara itu, Ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin turut menyoroti aspek fiskal dari program MBG.
Wijayanto menilai program MBG, merupakan program yang sangat strategis karena dapat menentukan keberhasilan atau kegagalan bagi Indonesia dan tentunya pemerintahan Presiden Prabowo.
"Program MBG memang sangat strategis 'made or break' bagi Indonesia dan pemerintahan Prabowo Subianto. Dari sisi fiskal menyedot begitu banyak resources. Hampir 500 triliun dana akan digunakan per tahun untuk MBG, di saat fiskal kita sedang kesulitan," beber dia.
Soal alokasi anggaran MBG, Wijayanto mengungkapkan, awalnya Rp 71 triliun tetapi kini meningkat menjadi Rp 171 triliun.
"Hal itu bisa dilihat dari anggaran MBG yang semual 71 T lalu ditambah 100 T lagi menjadi 171 T, karena ada banyak space anggaran lain yang dikurangi untuk menutupi kecukupan anggaran MBG," katanya.
Baca Juga: Program MBG Tidak Gratis, Rakyat 'Membayarnya' dengan Dikuranginya Layanan Publik
Wijayanto mengimbau kepada pemerintahan Prabowo, agar waspada karena bisa saja masyarakat akan berpikir kritis karena hak-hak mereka di sektor lain berkurang demi untuk pendanaan program MBG.