Telur Jadi Barang Mewah di AS, Harga Naik 2 Kali Lipat karena Flu Burung?

Aprilo Ade Wismoyo Suara.Com
Rabu, 12 Februari 2025 | 18:05 WIB
Telur Jadi Barang Mewah di AS, Harga Naik 2 Kali Lipat karena Flu Burung?
Ilustrasi telur ayam yang dijual ritel (dok. )
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kelangkaan telur di Amerika Serikat (AS) masih berlangsung dengan harga yang tetap tinggi dan belum ada tanda-tanda bahwa situasi ini akan membaik bagi konsumen, menurut seorang ahli.

Fenomena ini terjadi di beberapa jaringan toko kelontong di tengah wabah flu burung terbesar dalam satu dekade terakhir.

Flu burung telah memaksa petani untuk menyembelih jutaan ayam, yang menyebabkan harga telur di AS meningkat dua kali lipat sejak tahun 2023. Departemen Pertanian AS memperkirakan harga telur akan meningkat 20 persen tahun ini.

Dean Baker, seorang ekonom senior di Pusat Penelitian Ekonomi dan Kebijakan (CEPR), menyatakan kepada Xinhua bahwa harga telur "sudah sangat tinggi. Tidak pasti apakah harganya akan naik lebih tinggi lagi."

Baca Juga: Rupiah Bertenaga Bisa Tundukkan Dolar AS di Penutupan Perdagangan Hari Ini

Rata-rata harga selusin telur besar kelas A mencapai 4,15 dolar (hampir 68.000 rupiah) pada Desember 2024, naik 14 persen dari 3,65 dolar (60.000 rupiah) pada November, menurut data resmi. Angka ini juga menunjukkan peningkatan lebih dari 60 persen dibandingkan harga 2,51 dolar setahun lalu, lapor CBS News.

Pada Jumat (7/2), harga grosir rata-rata untuk telur besar bercangkang putih mencapai 8 dolar per lusin, melampaui rekor sebelumnya secara signifikan, berdasarkan data Expana yang memantau harga komoditas pertanian, dilansir oleh CNBC.

"Kita tidak bisa memperbaiki situasi ini dengan segera. Prosesnya memerlukan waktu antara enam hingga sembilan bulan. Kondisi ini menyebabkan kelangkaan di pasar tertentu yang bersifat berkala dan terlokalisasi," kata Emily Metz, presiden sekaligus CEO American Egg Board, seperti dilaporkan oleh CNN pada Januari.

Apabila masalah ini berkembang menjadi masalah politik, pemerintahan saat ini bisa bisa terdampak, terutama ketika inflasi untuk makanan dan tempat tinggal sedang meningkat, menurut beberapa analis politik. Hal ini terjadi karena pemerintahan saat ini berkomitmen untuk menurunkan inflasi yang terjadi pada era pemerintahan sebelumnya.

"Harga telur yang tinggi sangat mempengaruhi banyak orang dan menjadi beban yang mencolok. Makanan dan energi merupakan komponen penting dalam kehidupan sehari-hari, dan jika harga naik di salah satu sektor tersebut, dampaknya akan terasa langsung," ungkap Darrell West, seorang senior fellow di Brookings Institution, kepada Xinhua.

Baca Juga: Kritik Kebijakan Trump, Inspektur Jenderal USAID Dipecat: Ada Apa di Baliknya?

Ketika ditanya tentang dampak ekonomi dari kelangkaan telur yang berlangsung, Baker dari Pusat Penelitian Ekonomi dan Kebijakan menyatakan bahwa "kelangkaan telur membebani masyarakat, tetapi belum cukup signifikan untuk mempengaruhi perekonomian secara keseluruhan."

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI