Israel membantah telah menahan bantuan kemanusiaan dan menyatakan bahwa pasukannya hanya menembak orang-orang yang mengabaikan peringatan agar tidak mendekati posisi militer Israel.
Gaza, yang merupakan salah satu wilayah dengan kepadatan penduduk tertinggi di dunia, telah mengalami kehancuran besar akibat ofensif militer Israel sejak Oktober 2023. Wilayah ini mengalami kelangkaan makanan, air, dan tempat tinggal, serta membutuhkan miliaran dolar dalam bantuan internasional.
Sementara itu, Trump telah memicu kemarahan Palestina dan dunia Arab dengan usulan kontroversialnya untuk menjadikan Gaza sebagai “Riviera Timur Tengah” dengan menggusur lebih dari dua juta penduduknya. Langkah ini dikritik keras karena dianggap melanggar hukum internasional, khususnya Konvensi Jenewa 1949, yang melarang pengusiran paksa populasi di bawah pendudukan militer.
Penduduk Gaza yang diwawancarai Reuters mengutuk ancaman Trump untuk membiarkan “neraka pecah” jika sandera tidak dibebaskan.
“Neraka yang lebih buruk dari apa yang sudah kami alami? Pembunuhan, kehancuran, semua praktik dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang telah terjadi di Jalur Gaza belum pernah terjadi di tempat lain di dunia,” kata Jomaa Abu Kosh, seorang warga Rafah, Gaza Selatan, di tengah reruntuhan rumah-rumah yang hancur.