Suara.com - Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali melontarkan pernyataan kontroversial terkait konflik Ukraina-Rusia. Dalam wawancara dengan Fox News yang disiarkan Senin, Trump menyatakan bahwa Ukraina 'mungkin suatu hari nanti menjadi Rusia,' seraya mengisyaratkan bahwa masa depan negara tersebut masih belum pasti dalam dinamika geopolitik global.
Pernyataan tersebut muncul saat Wakil Presiden AS JD Vance dijadwalkan bertemu Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy akhir pekan ini di sela-sela Konferensi Keamanan Munich.
Trump juga menyoroti perlunya keuntungan bagi AS dari bantuan yang diberikan ke Ukraina. Ia menyarankan agar Washington mendapatkan imbalan berupa sumber daya alam, khususnya mineral langka dari Kyiv.
"Kita menghabiskan banyak uang di sana, dan saya ingin ada pengembalian. Saya mengatakan kepada mereka bahwa saya menginginkan yang setara, seperti tanah jarang senilai $500 miliar," ujar Trump.
Baca Juga: Senator AS Kecam Niat Ambisius Trump: Gaza untuk Rakyat Palestina, Bukan Turis Miliarder
Menurutnya, pemerintah Ukraina pada dasarnya telah menyetujui gagasan tersebut.
Di sisi lain, Trump mengumumkan bahwa ia akan mengirim utusan khususnya, Keith Kellogg, ke Ukraina pada 20 Februari untuk menyusun proposal guna menghentikan pertempuran. Sementara itu, Zelenskyy menegaskan bahwa negaranya membutuhkan jaminan keamanan yang efektif untuk mencapai perdamaian yang sejati.
Kekhawatiran Kyiv dan Upaya Diplomasi
Pemerintah Ukraina khawatir bahwa kesepakatan apa pun tanpa komitmen militer kuat dari Barat hanya akan memberi waktu bagi Rusia untuk memperkuat pasukannya sebelum melakukan serangan baru. Kyiv terus menekan Washington agar memberikan dukungan yang lebih tegas, termasuk opsi keanggotaan NATO atau pengerahan pasukan penjaga perdamaian.
Juru bicara Zelenskyy, Sergiy Nikiforov, mengonfirmasi bahwa sang presiden akan bertemu dengan Vance pada Jumat mendatang. Selain itu, delegasi AS yang menghadiri Konferensi Keamanan Munich juga mencakup Menteri Luar Negeri Marco Rubio, serta Keith Kellogg.
Sementara itu, Trump menyatakan bahwa ia bersedia menjadi mediator untuk mengakhiri perang, tetapi belum merinci langkah konkret yang akan ditempuh. Baik Zelenskyy maupun Presiden Rusia Vladimir Putin sebelumnya menolak perundingan langsung, dengan masing-masing pihak masih berpegang pada tuntutan mereka. Putin bersikeras agar Ukraina mundur dari wilayah yang masih dikuasainya, sementara Zelenskyy menolak memberikan konsesi teritorial kepada Moskow.
Baca Juga: Hamas Ingatkan Kesepakatan Gencatan Senjata Harus Dihormati jika Ingin Sandera Dibebaskan
Konferensi Keamanan Munich ini digelar di tengah meningkatnya serangan Rusia di wilayah timur Ukraina. Moskow terus melancarkan pemboman terhadap infrastruktur energi Ukraina, yang mendorong Kyiv memberlakukan pembatasan pasokan listrik darurat guna mengurangi dampak lebih lanjut.
Dengan ketegangan yang terus meningkat dan negosiasi yang masih jauh dari kata sepakat, pertemuan-pertemuan tingkat tinggi dalam beberapa hari mendatang dapat menjadi penentu arah konflik yang telah berlangsung hampir tiga tahun ini.