Suara.com - Pidato Presiden Prabowo Subianto dalam Hari Lahir Nahdlatul Ulama (NU) yang menyatakan bakal menyingkirkan awak kabinetnya yang tidak bekerja dinilai sebagai usaha menjaga kepentingan rakyat.
Bahkan, Pengamat politik Rocky Gerung menilai langkah tersebut sebagai bentuk evaluasi yang rasional.
"Kelihatannya Prabowo mulai mengevaluasi peralatan mana yang sebetulnya tidak punya kapasitas," ujarnya yang dikutip dari Rocky Gerung Official.
Menurutnya, evaluasi itu tidak semata untuk memastikan loyalitas kepada presiden, tetapi lebih pada kepatuhan terhadap kepentingan rakyat.
Baca Juga: Presiden Prabowo Ancam Reshuffle Kabinet, Rocky Gerung: Perintah Populis!
"Bukan patuh pada presiden, tapi patuh pada kepentingan rakyat," katanya.
Selain itu, Rocky juga menduga bahwa evaluasi dapat menyasar menteri-menteri yang masih menjadi warisan dari Pemerintahan Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi).
Pasalnya, kepentingan rakyat di era Prabowo dinilai memiliki tantangan yang berbeda.
"Saya kira Prabowo mengevaluasi juga mereka yang menjadi bagian dari pemerintahan Pak Jokowi, tapi tidak mampu melihat fakta baru bahwa kepentingan rakyat itu berbeda dengan dukungan mobilisasi yang diberikan ketika Jokowi menjadi presiden," katanya.
Rocky juga menilai bahwa Prabowo dihadapkan pada dilema besar dalam memastikan kabinetnya dapat mengeksekusi kebijakan yang sejalan dengan visi presiden.
"Prabowo harus ambil jarak dari pemerintahan sebelumnya. Kepentingan rakyat di era Prabowo sungguh strategis karena ada tuntutan keadilan yang tidak diperoleh sebelumnya di rezim Jokowi," jelasnya.
Reporter: Kayla Nathaniel Bilbina