Transisi Energi di Indonesia: Peluang Besar atau Hanya Sekadar Ikut-ikutan?

Baehaqi Almutoif Suara.Com
Kamis, 06 Februari 2025 | 20:17 WIB
Transisi Energi di Indonesia: Peluang Besar atau Hanya Sekadar Ikut-ikutan?
Guru Besar Universitas Gajah Mada (UGM) bidang Power and Energy System, Prof Tumiran. [Ist]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Indonesia sedang gencar melakukan transisi energi untuk menuju ke swasembada dan zero net emission (ZNE) pada 2060.

Kampanye mengenai transisi energi terus digencarkan, salah satunya men-subtitusi energi fosil di pembangkit listrik dengan renewable.

Guru Besar Universitas Gajah Mada (UGM) bidang Power and Energy System, Prof Tumiran mengatakan, Indonesia memiliki potensi biomassa yang cukup besar untuk menuju transisi energi.

"Kita punya biomassa, potensi biomassa terbesar di Indonesia. Kita punya hutan kenapa tidak kita kembangkan sedini mungkin pemanfaatan biomassa sebagai sumber energi terbarukan," ujarnya saat mengisi acara Local Media Community (LMC) 2025 dengan tema Menavigasi Transisi dan Swasembada Energi: Peran dan Peluang Media Lokal di Surabaya, Selasa (5/2/2025).

Baca Juga: Biomassa dari Limbah Pertanian Bisa Jadi Pengganti Bahan Bakar PLTU: Indonesia Butuh Swasembada Energi

Menurut Tumiran, pemanfaatan sumber daya untuk transisi energi tidak perlu harus muluk-muluk. "Kita punya pengalaman yang sederhana dengan teknologi pembangkit misalnya pembangkit dari kayu dulu kita punya lokomotif itu bisa dimanfaatkan," katanya.

Terpenting menurutnya, transisi energi harus dibarengi dengan menciptakan lapangan kerja baru. Sayangnya sampai sekarang hal itu belum terjadi.

"Apakah transisi energi menciptakan industri manufaktur EBT (energi baur terbarukan) enggak. Apakah transisi energi menciptakan supply change teknologi ke kita nggak. Manufaktur tumbuh tidak, potensi-potensi sumber energi lokal ini dapat dimanfaatkan nggak," katanya.

Transisi energi harus dapat menggerakkan ekonomi di daerah juga. Karena itu, pemerintah mestinya memahami potensi tersebut.

"Dari sisi gerakan ekonomi lokal, misalkan listriknya cukup. Masyarakat di sana itu misalnya penghasilnya dari nangkap ikan di laut, pelabuhan, (butuh) storage. Itu bisa dikembangkan. Sehingga ikan-ikannya awet bisa didistribusi ke lain-lain daerah," katanya.

Baca Juga: Anies Pamer Bertemu Dosen Pembimbing Skripsi di UGM, Publik Ramai Singgung Jokowi: Ijazahnya Pasti Asli

Demikian juga dengan electric vehicle yang sedang digencarkan, harus bisa digarap semuanya dari hulu ke hilir, tidak terkecuali industrinya. Jangan sampai Indonesia hanya berposisi sebagai pasar saja.

"Ada pertanyaan kita harus bergerak ke elektric vehicle nanti kita tidak siap, contoh orang bertanya apa syarat kita orang bergerak ke elektrik vehicle dari hulu ke hilir harus dikuasai. Masa pasar 270 juta kita menyerahkan orang untuk prosesnya. Ada nggak industri," ungkapnya.

Dia menyarankan pemerintah memanfaatkan perguruan tinggi untuk memaksimalkan potensi yang ada di daerah. "Menurut saya harus dimanfaatkan perguruan tinggi lokal, pemerintah daerah lokal, seperti bapak lihat tadi itu ada tidak pemerintah yang cerdas pemimpin lokalnya itu untuk memimpin ekonomi," ungkapnya.

Jika itu semua teralisasikan, dia yakin pertumbuhan ekonomi 8 persen yang dicanangkan pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakambuming Raka dapat tercapai.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI