Suara.com - Wacana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk 'mengambil alih' Jalur Gaza ditolak keras Kelompok Perjuangan Palestina yakni Hamas.
Menurut Hamas, usulan itu tentunya mematikan hak Palestina untuk merdeka dan merupakan rencana tidak tanggung jawab.
Dalam pernyataannya, Hamas mengatakan ucapan Trump menyerang rakyat dan tujuan kami, dan tidak akan memberikan manfaat bagi stabilitas di kawasan tersebut.
Hamas menekankan bahwa kelompok perjuangan tersebut tidak akan mengizinkan negara manapun untuk menduduki tanah mereka atau memaksakan perwalian pada rakyat Palestina.
Baca Juga: 215 DPR Setujui Pemakzulan Wakil Presiden Filipina Sara Duterte, Nasibnya di Tangan Senat
Untuk itu Hamas mendesak Liga Arab dan Organisasi Kerjasama Islam (OKI) untuk segera bertemu membahas "pernyataan berbahaya" Trump, dan mengambil posisi tegas dan bersejarah yang melindungi hak-hak nasional rakyat Palestina.
Sebelumnya, Izzat Al-Rishq, anggota biro politik gerakan Hamas, mengatakan pernyataan Trump tersebut mencerminkan "kebingungan dan ketidaktahuan yang mendalam tentang perjuangan Palestina dan kawasan secara keseluruhan."
"Gaza bukan hanya wilayah biasa bagi suatu negara untuk menentukan nasibnya, Gaza adalah bagian yang tidak terpisahkan dari tanah Palestina," ujar Al-Rishq.
Ia menegaskan bahwa "resolusi apa pun harus didasarkan pada penghentian pendudukan dan pemenuhan hak-hak nasional yang sah dari rakyat kita, bukan pada logika kekuasaan, dominasi, atau pola pikir pedagang real estat."
Pemimpin Hamas itu menambahkan bahwa pernyataan Trump menunjukkan keberpihakan penuh AS terhadap pendudukan Israel dan agresi yang terus dilakukannya terhadap rakyat kami dan hak-hak mereka."
Baca Juga: Wakil Presiden Filipina Sara Duterte Dimakzulkan atas Dugaan Korupsi dan Ancaman Terhadap Presiden
Selasa malam, Trump mengatakan AS akan 'mengambil alih' Jalur Gaza setelah menempatkan warga Palestina di suatu tempat dengan dalih rencana pembangunan kembali luar biasa yang ia klaim dapat mengubah daerah kantong itu menjadi "Riviera Timur Tengah." [Antara].