Suara.com - Penyelidikan atas insiden penembakan lima warga negara Indonesia (WNI) oleh Agensi Penguatkuasaan Maritim Malaysia (APMM) di perairan Selangor pada 24 Januari lalu, berpotensi berkembang menjadi investigasi perdagangan narkotika atau senjata api.
Hal ini disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri Malaysia, Saifuddin Nasution Ismail, dalam konferensi pers di gedung Parlemen Malaysia pada Senin (3/2), sebagaimana dikutip dari Free Malaysia Today, Selasa (4/2/2025).
"Kami tidak menutup kemungkinan bahwa setelah interogasi lebih lanjut terhadap para tersangka, kasus ini bisa berkembang menjadi penyelidikan perdagangan narkoba atau senjata api, berdasarkan pola yang serupa dalam investigasi sebelumnya," ujar Saifuddin.
Saifuddin juga menyebut bahwa kelima WNI yang terlibat dalam insiden tersebut merupakan imigran ilegal tanpa dokumen resmi.
Baca Juga: Adu Gaji PNS Indonesia vs Malaysia, Mana yang Lebih Besar?
Satu Tersangka Ditangkap, Diduga Terlibat Perdagangan Manusia
Penyelidikan awal telah mengarah pada penangkapan seorang pria yang diduga terlibat dalam perdagangan manusia.
"Investigasi awal menemukan bahwa pria tersebut memiliki keterkaitan dengan kapal yang dikejar oleh APMM," jelas Saifuddin.
Pria tersebut diyakini berperan sebagai "pengangkut" imigran ilegal melalui jaringan penyelundupan yang lebih luas.
APMM yang Terlibat Penembakan Dinonaktifkan
Baca Juga: Kronologi Lengkap WNI Ditembak Aparat Malaysia, Presiden Prabowo: Investigasi!
Selain penyelidikan terhadap para tersangka, aparat APMM yang terlibat dalam penembakan juga sedang diperiksa.
Saifuddin menyebut bahwa dirinya telah bertemu dengan Kepala Kepolisian Malaysia, Razarudin Husain, dan telah sepakat untuk menonaktifkan aparat yang terlibat dalam insiden tersebut.
"Kami memastikan bahwa investigasi dilakukan secara transparan," tegasnya.
Kronologi Versi Malaysia: Dari Pengejaran Hingga Penembakan
Menurut keterangan Saifuddin, insiden bermula pada pukul 02.58 dini hari ketika Pusat Kontrol Area Klang mendeteksi kapal mencurigakan yang memasuki perairan Malaysia di dekat Pulau Carey.
Kapal patroli Penggalang 31 milik APMM kemudian mengidentifikasi kapal tersebut dan memberikan peringatan melalui pengeras suara. Namun, kapal tersebut tidak berhenti dan mencoba melarikan diri.
Selama pengejaran, kapal tersebut berusaha menabrak Penggalang 31, terutama di bagian mesinnya. Karena kapal patroli menggunakan sistem bahan bakar bensin, tindakan itu dianggap berisiko menimbulkan ledakan.
"Petugas APMM lalu melepaskan tembakan peringatan ke udara, tetapi kapal tersebut tetap melaju. Karena ancaman meningkat, petugas akhirnya menembak ke arah mesin kapal," jelas Saifuddin.
Namun, kapal tetap berhasil melarikan diri dan menghilang dari radar pihak berwenang.
Dari lima WNI yang terkena tembakan, satu orang tewas, sementara empat lainnya masih menjalani perawatan di rumah sakit dengan status tahanan.
Respons Indonesia dan Ketegangan Diplomatik
Insiden ini memicu ketegangan diplomatik antara Indonesia dan Malaysia. Pekan lalu, sekelompok demonstran di Jakarta melemparkan telur ke Kedutaan Besar Malaysia sebagai bentuk protes terhadap tindakan APMM.
Menanggapi insiden ini, Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, telah memerintahkan investigasi yang transparan dan meminta laporan awal penyelidikan disampaikan kepada pemerintah Indonesia melalui kedutaan Malaysia di Jakarta.
Sementara itu, pihak Kementerian Luar Negeri Indonesia melalui Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia (PWNI), Judha Nugraha, hingga Senin sore (3/2) belum memberikan tanggapan resmi terkait perkembangan terbaru ini.