Suara.com - Kabar beredar terkait ribuan Pengungsi Palestina dari Gaza akan dipindahkan ke Albania menjadi sorotan pemerintah setempat.
Perdana Menteri Albania Edi Rama bahkan membantah tegas terkait laporan media Israel yang mengeklaim bahwa pemerintahannya tengah berdiskusi dengan AS tentang kemungkinan menerima hingga 100 ribu warga Palestina dari Gaza.
"Sudah lama saya tidak mendengar berita palsu seperti itu - dan akhir-akhir ini banyak sekali berita palsu! Itu sama sekali tidak benar," tulis Rama di X.
Pemimpin Albania itu menyampaikan "penghormatan dan solidaritas penuh kepada rakyat Gaza, yang telah direndahkan derajatnya oleh rezim Hamas yang kejam dan telah menderita akibat perang yang mengerikan di tengah tahun kedua genosida di Gaza," katanya.
Baca Juga: Menguak 6 Pelanggaran Israel terhadap Gencatan Senjata dengan Lebanon
Namun, dia menegaskan bahwa Albania tidak diminta oleh siapa pun untuk menerima pengungsi, dan bahkan "tidak mempertimbangkan kemungkinan untuk mengambil alih tanggung jawab semacam itu."
Rama menyoroti "persahabatan erat" Albania dengan Israel, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Qatar, Kuwait, dan "rakyat Palestina, yang negaranya telah diakui Albania sejak lama."
Dia menegaskan bahwa Albania, sebagai negara Eropa, tidak berlokasi di Timur Tengah, dan tidak dapat berbuat lebih banyak daripada negara-negara Eropa lainnya dalam hal itu.
"Namun, kami berharap dan berdoa agar rakyat Palestina diberi kesempatan untuk hidup di negara mereka sendiri, sebagai orang-orang bebas di bawah pemerintahan yang demokratis, dan agar Hamas tidak akan pernah lagi dapat menyakiti Israel -- atau, yang terutama, rakyat Palestina sendiri," katanya.
Sebelumnya, media Israel melaporkan bahwa Israel memandang usulan Presiden AS Donald Trump agar Yordania dan Mesir menerima pengungsi Palestina sebagai sesuatu yang tidak realistis, sehingga mendorong Washington untuk mengeksplorasi pilihan lain, termasuk Albania.
Baca Juga: Israel Klaim Tewaskan 15 Teroris dalam Operasi di Jenin, Ribuan Warga Palestina Mengungsi
Laporan itu muncul di tengah meningkatnya tekanan internasional untuk mengatasi krisis kemanusiaan di Gaza. [Antara].