Wacana Serangga Jadi Menu Makan Bergizi Gratis, Kepala BGN: Bukan untuk Standar Menu Nasional MBG

Selasa, 28 Januari 2025 | 14:05 WIB
Wacana Serangga Jadi Menu Makan Bergizi Gratis, Kepala BGN: Bukan untuk Standar Menu Nasional MBG
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana. (Suara.com/Bagaskara)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana menegaskan, peluang menjadikan serangga sebagai menu program Makan Bergizi Gratis (MBG) bukan menjadi standar menu nasional.

Menurut dia, BGN tidak menetapkan standar menu nasional, melainkan menetapkan standar komposisi gizi.

"Oleh karena itu harus ada ahli gizi di setiap SPPG agar sumber potensi sumber daya lokal dan kesukaan serta kebiasaan masyarakat lokal dapat diakomodir, jika diinginkan," kata Dadan kepada wartawan, Selasa (28/1/2025).

Hal tersebut yang membuat serangga berpeluang menjadi menu program MBG. Mengingat di daerah tertentu, serangga menjadi sumber protein yang dikonsumsi.

Baca Juga: Anggaran Program Makan Bergizi Gratis Berpotensi Bocor Rp8,52 Triliun

"Saya tahu ada daerah-daerah tertentu yang biasa makan serangga sebagai sumber protein," kata Dadan.

Sebelumnya, Dadan mengungkapkan pihaknya membuka peluang untuk menjadikan serangga sebagai menu program MBG.

Hal itu menyusul adanya beberapa daerah di mana anak-anaknya terbiasa mengonsumsi serangga seperti belalang hingga ulat sagu. Pihaknya akan menggali serangga yang bisa dikonsumsi karena proteinnya.

"Mungkin saja ada satu daerah suka makan serangga (seperti) belalang, ulat sagu, bisa jadi bagian protein," kata Dadan dalam diskusi Rapimnas PIRA Gerindra di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Sabtu (25/1/2025).

Ditemui usai acara, ia mengatakan, jika serangga bisa menjadi menu, kalau daerah tersebut anak-anaknya sudah terbiasa mengonsumsi.

Baca Juga: Memahami Apa Itu Reimburse, Sistem Pembayaran MBG yang Jadi Pro Kontra

"Itu salah satu contoh ya, kalau ada daerah-daerah tertentu yang terbiasa makan seperti itu, itu bisa menjadi menu di situ," katanya.

Ia mengatakan, BGN memang tak menetapkan standar menu MBG. Tapi komposisi gizi tetap diberikan standar.

Protein dalam menu MBG, kata dia, akan tergantung pada sumber daya lokal.

"Nah, isi protein di berbagai daerah itu sangat tergantung potensi sumber daya lokal dan kesukaan lokal. Jangan diartikan lain ya. Karena kalau di daerah yang banyak telur, ya telur lah mungkin mayoritas. Yang banyak ikan, ikan lah yang mayoritas, seperti itu. Sama juga dengan karbohidratnya, kalau orang sudah terbiasa makan jagung, ya karbohidratnya jagung. Meskipun nasi mungkin diberikan juga," katanya.

"Tapi di daerah-daerah yang memang tidak terbiasa makan jagung, ya makan nasi. Tapi ada misalnya di halmahera barat itu, orang biasa makan singkong dan pisang rebus, itu kan karbohidrat juga. Itu contoh ya, contoh bagaimana keragaman pangan itu bisa diakomodir dalam program makan bergizi. Karena badan gizi nasional tidak menetapkan standar menu nasional, tetapi menetapkan standar komposisi gizi," sambungnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI