Suara.com - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Senin (27/1) menolak proposal Presiden AS Donald Trump yang mengusulkan pemindahan warga Palestina dari Jalur Gaza ke luar wilayah tersebut.
"Kami menentang setiap rencana yang akan mengakibatkan pemindahan paksa penduduk atau dapat menyebabkan pembersihan etnis dalam bentuk apa pun," kata juru bicara PBB, Stephane Dujarric, saat konferensi pers.
Pada hari Sabtu, Trump menyarankan untuk "membersihkan" Gaza dan mengalihkan warga Palestina ke Mesir dan Yordania, dengan menyebut kawasan itu sebagai "tempat yang telah hancur total" akibat genosida yang dilakukan oleh Israel.
Dujarric juga mengingatkan bahwa Mesir, Yordania, dan Liga Arab telah menolak proposal Trump tersebut.
Baca Juga: Donald Trump Usul Warga Gaza Direlokasi ke Indonesia, Menag Nasaruddin Umar: Bercanda?
Mesir, Yordania, Liga Arab, dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) telah mengeluarkan pernyataan tegas yang menolak segala upaya pemindahan atau relokasi warga Palestina dari tanah mereka.
Terkait situasi di Tepi Barat
Menanggapi pertanyaan dari Anadolu mengenai potensi wilayah pendudukan Tepi Barat sebagai "Gaza baru" di tengah peningkatan serangan militer Israel, Dujarric menyatakan: “Kami sangat khawatir tentang memburuknya keadaan di Tepi Barat.”
Ia mengkritik keras “aktivitas kekerasan yang tidak terkontrol oleh pemukim Israel terhadap warga sipil Palestina di Tepi Barat.”
Dujarric juga mengingatkan semua pihak untuk tidak “mengalihkan perhatian dari isu-isu lain,” meskipun Gaza tetap menjadi sorotan utama.
Baca Juga: Lautan Manusia di Gaza Menunggu Pulang: Harapan Pupus di Hadapan Tentara Israel
Mengenai kondisi saat ini di Tepi Barat, Dujarric menyampaikan peringatan dari Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) tentang situasi yang semakin memburuk di Jenin dan kamp pengungsinya.
Operasi militer Israel yang telah berlangsung selama tujuh hari sejak 21 Januari mengakibatkan banyak korban jiwa serta kerusakan pada jalur dan infrastruktur.
Ia mengingatkan tentang pembunuhan seorang balita Palestina oleh Israel pada akhir pekan lalu dan melaporkan, “Sejak operasi di Jenin dimulai pada 21 Januari, terdapat 16 kematian yang dilaporkan.”
“Selain itu, hari ini di kamp pengungsi Tulkarm, serangan udara telah mengakibatkan dua warga Palestina tewas, menambah kekhawatiran mengenai penggunaan kekuatan yang melebihi batas penegakan hukum,” lanjutnya.
Dujarric juga menegaskan bahwa “rumah sakit bukanlah sasaran serangan dan harus dilindungi setiap saat,” sambil menyoroti pengepungan Rumah Sakit Pemerintah Tulkarm oleh pasukan Israel.
Ketegangan terus meningkat di seluruh wilayah Tepi Barat yang diduduki akibat perang Israel di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 47.300 orang dan melukai 111.500 lainnya sejak 7 Oktober 2023.
Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, setidaknya 880 warga Palestina tewas dan lebih dari 6.700 lainnya terluka akibat serangan pasukan Israel di wilayah pendudukan tersebut.
Gencatan senjata dan pertukaran tahanan mulai berlaku di Gaza pada 19 Januari, menghentikan perang genosida Israel di wilayah itu.
Pada bulan Juli, Mahkamah Internasional (ICJ) menyatakan bahwa pendudukan Israel yang berkepanjangan atas wilayah Palestina adalah ilegal, dan menyerukan pengosongan semua permukiman di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.