Suara.com - Pakar Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Luthfi Makhasin, buka suara soal kabar rencana pertemuan Presiden
Prabowo Subianto dengan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri. Dia berharap pertemuan ini menjadi bagian dari rekonsiliasi politik.
"Pileg dan pilpres sudah berlalu. Saatnya membangun komunikasi politik yang sehat dengan semua kekuatan politik yang ada," kata Luthfi seperti diberitakan Antara, Jakarta, Rabu (22/1/2025).
Rekonsiliasi politik kata Luthfi, menjadi penting mengingat adanya tantangan ekonomi politik global yang pengaruhnya ke Indonesia tidak ringan.
"Oleh sebab itu, kita butuh elite politik yang solid tanpa harus menyatukan semuanya dalam kekuasaan," ujarnya.
Baca Juga: 3 Menteri Terkaya di Kabinet Prabowo Versi LHKPN, Hartanya Tembus Triliunan
Selain itu, dia mengatakan bahwa saat ini Indonesia membutuhkan elite politik yang visioner dan memahami perbedaan politik tidak harus memutus silaturahmi.
Sementara itu, pakar Ilmu Politik Universitas Padjadjaran (Unpad) Caroline Paskarina menilai bila pertemuan antara Prabowo dan Megawati terlaksana, dirinya berharap PDI Perjuangan tetap berkomitmen menjadi partai politik yang dapat mengkritisi kinerja pemerintah dan tidak bergabung ke koalisi pemerintahan.
"Jika sikap ini bisa ditunjukkan PDI Perjuangan, menjadi nilai penting untuk memulihkan kepercayaan publik bahwa ada parpol yang akan tetap menyuarakan aspirasi rakyat di luar koalisi," kata Caroline.
Sebelumnya, Ketua DPP PDI Perjuangan Puan Maharani di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (21/1), mengatakan bahwa tidak menutup kemungkinan adanya pertemuan Prabowo dan Megawati pada hari ulang tahun Ketua Umum PDI Perjuangan pada tanggal 23 Januari 2025.
Pada kesempatan berbeda, Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (21/1), menyebut telah menyampaikan titipan minyak urut dari Megawati kepada Prabowo.
Namun, dia mengaku belum dapat memastikan pertemuan kedua tokoh tersebut bisa terjadi pada hari ulang tahun Megawati.