Kedua negara juga menyerukan kepada semua pihak untuk mematuhi tujuan dan prinsip Piagam PBB, menegakkan norma dasar hubungan internasional yang diakui secara universal, serta mendukung semangat multilateralisme sejati.
Sebagai ketua bergilir SCO, China bertekad untuk bekerja sama dengan Rusia dan negara-negara anggota lainnya untuk membawa organisasi tersebut menuju tahapan baru dengan kualitas pembangunan yang lebih baik dan kontribusi yang signifikan.
Presiden Xi juga mendorong agar China dan Rusia bekerja sama untuk memperkuat kolaborasi BRICS dan memajukan kepentingan negara-negara di Global South melalui persatuan.
Presiden Putin menyoroti bahwa Rusia dan China selalu saling percaya, mendukung, dan menganggap satu sama lain sebagai mitra setara, sehingga hubungan bilateral tetap solid meskipun situasi internasional berubah.
Putin juga menyatakan kepuasannya atas kemajuan dalam kerja sama perdagangan dan energi, peningkatan kunjungan wisatawan, serta kolaborasi yang erat di arena multilateral antara kedua negara.
![Vladimir Putin [Xinhua]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/03/18/51577-vladimir-putin.jpg)
Putin menegaskan dukungannya terhadap posisi China mengenai Taiwan, menyebutkan bahwa Taiwan adalah bagian tak terpisahkan dari wilayah China dan menolak segala bentuk kemerdekaan Taiwan.
"80 tahun yang lalu," kata Putin, Rusia dan China berjuang melawan agresi dengan mengorbankan banyak nyawa untuk menjaga kedaulatan dan martabat nasional.
Tahun ini, kedua negara akan merayakan bersama ulang tahun ke-80 kemenangan Perang Anti-Fasis Dunia dan mempertahankan hasil Perang Dunia II.
"Rusia berkomitmen untuk bersama China dalam memperkuat kerja sama di ranah multilateral dan berkontribusi positif untuk perdamaian dan pembangunan global," tegas Presiden Putin.
Baca Juga: Trump vs. WHO: AS Resmi Mundur, Apa Dampaknya bagi Indonesia?
Kedua pemimpin juga membahas isu internasional dan regional yang menjadi kepentingan bersama serta sepakat untuk menjaga komunikasi strategis hingga tahun 2025.