Suara.com - Rezim Israel telah membunuh setidaknya 10 warga Palestina dan melukai 25 lainnya di Jalur Gaza, hanya beberapa jam setelah gencatan senjata mulai berlaku di wilayah tersebut.
Menurut laporan dari jaringan TV Qatar, Al Jazeera, yang mengutip Organisasi Pertahanan Sipil Gaza, kematian terbaru terjadi setelah serangan rezim di kota Beit Hanoun di timur laut dan kawasan Shujayya di selatan Kota Gaza pada Minggu pagi.
Gencatan senjata ini diatur berdasarkan kesepakatan antara rezim Israel dan Gerakan Perlawanan Hamas Palestina, yang diumumkan pada 15 Januari dan difasilitasi oleh Qatar, AS, dan Mesir, mulai berlaku hari ini pukul 8:30 pagi waktu Gaza.
Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, yang negaranya menjadi tuan rumah negosiasi gencatan senjata, mengungkapkan bahwa Hamas telah setuju untuk membebaskan 33 tahanan Israel sebagai imbalan untuk pembebasan tahanan Palestina dalam tahap pertama perjanjian yang akan berlangsung selama enam minggu.
Baca Juga: Hamas Serahkan Tiga Sandera Pertama ke Palang Merah, Gencatan Senjata Dimulai
Sesuai kesepakatan ini, rezim Israel juga akan menarik pasukannya dari daerah permukiman di Jalur Gaza dan mengizinkan pengiriman bantuan kemanusiaan internasional ke wilayah yang terkepung.
Sebelumnya, Sayap bersenjata Hamas, Brigade Al-Qassam, menegaskan bahwa pihaknya akan mematuhi perjanjian gencatan senjata yang mulai berlaku di Gaza pada Minggu (19/1).
Namun, mereka memperingatkan bahwa setiap pelanggaran dari pihak Israel dapat membahayakan proses tersebut serta nyawa para sandera.
Dalam pernyataan video, juru bicara Brigade Al-Qassam, Abu Ubaida, mendesak para mediator untuk memastikan bahwa Israel tetap berkomitmen terhadap kesepakatan.
Ia juga menegaskan bahwa Hamas akan menjalankan semua tahap perjanjian serta jadwal pertukaran sandera dengan tahanan Palestina.
Baca Juga: Gaza Kembali Normal Pasca Gencatan Senjata, Ribuan Petugas Keamanan Dikerahkan