Suara.com - Ma’ruf Amin mengungkapkan kesibukannya usai purna tugas sebagai Wakil Presiden Ke-13 sejak 20 Oktober 2024 lalu.
Ma’ruf menyebut bahwa setelah purna tugas, dia kembali berdakwah, mengurus pondok pesantren, memberi ceramah, dan berdiskusi tentang persoalan agama.
“Jadi justru jangan-jangan saya pikir saya lebih sibuk dari jadi wapres,” kata Ma’ruf dalam siniar bersama mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD, Sabtu (18/1/2025).
Terlebih, lanjut Ma’ruf, kini dirinya kembali menjadi Ketua Dewan Syuro Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) melalui Muktamar Ke-6 PKB di Bali pada Agustus 2024 lalu.
Baca Juga: Akhirnya Maruf Amin Blak-blakan Di Balik Drama Jadi Cawapres Jokowi: Saya Kaget
Penunjukkan dirinya sebagai Ketua Dewan Syuro PKB ini membuat Ma’ruf merasa memiliki tugas untuk membangun politik kiai. Sebab, dia menilai kesadaran politik bagi para kiai.
“Karena banyak kiai sekarang yang kehilangan kesadaran politiknya karena kiai itu ngaji, dakwah, baca doa, jampe-jampe, sembar sembur hahaha,” ujar Ma’ruf sambil berkelakar.
Padahal, dia menegaskan semua persoalan akan berujung pada keputusan politik sehingga Ma’ruf menilai kiai harus mengambil peran dan andil dalam sistem politik.
“Ketika kiai tidak memberi warna politik, maka politik itu tidak ada warna kiainya, karena itu kiai harus mengambil peran politik seperti dulu,” ujar Ma’ruf.
Lebih lanjut, Ma’ruf juga menjelaskan bahwa politik kiai berbeda dengan kiai politik. Menurut dia, kiai politik ialah kondisi ketika kiai masuk ke dalam sistem politik tetapi hanya mengikuti pergerakan politik.
Baca Juga: Makjleb! Ma'ruf Amin Sentil Kiai karena Tak Lagi Sadar Politik: Sekarang Lebih Penting Jampi-jampi
Sementara di sisi lain, politik kiai adalah kondisi dalam sistem politik yang mengikuti ajaran agama sesuai yang diajarkan para kiai.
“Kiai ini kan punya dasar, punya pandangan, maka itu saya sebut pemberi warna, warna ketuhanan. Nah itu yang diberikan di ekonomi, di sosial, maupun di politik,” katanya.