Serangan Berlanjut di Gaza, Protes di Israel
Di dalam Gaza, harapan akan gencatan senjata berubah menjadi kesedihan dan kemarahan akibat serangan udara Israel yang meningkat setelah kesepakatan diumumkan.
Tamer Abu Shaaban, seorang warga Gaza, menangis di samping jasad keponakannya yang masih kecil di kamar mayat Gaza City. Bocah tersebut terkena serpihan rudal saat bermain di halaman sekolah tempat keluarganya mengungsi.
"Apakah ini yang mereka sebut gencatan senjata? Apa salah anak kecil ini?" ujarnya.
Sementara itu, di Israel, sejumlah warga turun ke jalan menentang kesepakatan ini. Para demonstran membawa peti mati tiruan dan memblokade jalan hingga polisi membubarkan mereka.
Isi Kesepakatan
Kesepakatan yang dimediasi oleh Qatar, Mesir, dan AS ini mencakup gencatan senjata selama enam minggu dengan penarikan bertahap pasukan Israel. Puluhan sandera yang ditahan Hamas, termasuk wanita, anak-anak, lansia, dan orang sakit, akan dibebaskan dengan imbalan ratusan tahanan Palestina di penjara Israel.
Kesepakatan ini juga memungkinkan peningkatan bantuan kemanusiaan ke Gaza, di mana sebagian besar penduduk telah mengungsi dan menghadapi kelaparan serta penyakit.
Israel meluncurkan kampanye militernya di Gaza setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan 1.200 orang dan menyandera lebih dari 250 orang, menurut data Israel. Jika berhasil, gencatan senjata ini akan menghentikan pertempuran yang telah menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza, menewaskan lebih dari 46.000 orang, dan membuat sebagian besar dari 2,3 juta penduduknya kehilangan tempat tinggal.
Namun, para anggota garis keras dalam pemerintahan Netanyahu masih menentang kesepakatan ini, dengan alasan bahwa perang belum mencapai tujuannya untuk menghancurkan Hamas sepenuhnya. Meskipun demikian, mayoritas menteri diperkirakan akan mendukung perjanjian ini.
Baca Juga: Pulang Kampung: Harapan Warga Gaza Usai Gencatan Senjata Israel-Hamas