Populasi China Turun Lagi, Krisis Demografi Makin Mengkhawatirkan

Bella Suara.Com
Jum'at, 17 Januari 2025 | 15:18 WIB
Populasi China Turun Lagi, Krisis Demografi Makin Mengkhawatirkan
Ilustrasi China. [Javier Quiroga/Unsplash]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - China mengalami penurunan populasi untuk tahun ketiga berturut-turut pada 2024, dengan jumlah kematian yang melampaui peningkatan kecil dalam angka kelahiran. Biro Statistik Nasional China melaporkan bahwa total populasi negara itu menyusut sebesar 1,39 juta jiwa, menjadi 1,408 miliar, dibandingkan dengan 1,409 miliar pada 2023.

Data terbaru ini memperkuat kekhawatiran bahwa ekonomi terbesar kedua di dunia akan menghadapi tantangan akibat berkurangnya tenaga kerja dan konsumen. Selain itu, meningkatnya biaya perawatan lansia dan tunjangan pensiun diperkirakan akan semakin membebani pemerintah daerah yang sudah memiliki utang tinggi.

Pada 2024, jumlah kelahiran di China mencapai 9,54 juta jiwa, meningkat dari 9,02 juta pada 2023. Tingkat kelahiran naik menjadi 6,77 kelahiran per 1.000 orang dibandingkan dengan 6,39 per 1.000 orang pada tahun sebelumnya. Sementara itu, jumlah kematian mencapai 10,93 juta jiwa pada 2024, turun dari 11,1 juta pada 2023.

Penurunan angka kelahiran di China telah terjadi selama beberapa dekade akibat kebijakan satu anak yang diterapkan dari 1980 hingga 2015 serta urbanisasi yang pesat. Banyak warga China pindah dari daerah pertanian ke kota, di mana biaya hidup dan membesarkan anak lebih tinggi. Selain itu, ketidakpastian pekerjaan dan perlambatan ekonomi semakin menghambat keinginan generasi muda untuk menikah dan memiliki anak.

Baca Juga: Mengapa Imlek Dilarang Pakai Baju Hitam? Ternyata Melambangkan Ini

Demografi juga menunjukkan bahwa diskriminasi gender dan ekspektasi tradisional terhadap perempuan untuk mengurus rumah tangga turut memperburuk situasi. Kenaikan angka pernikahan sebesar 12,4 persen pada 2023—yang banyak tertunda akibat pandemi COVID-19—mendorong sedikit peningkatan angka kelahiran di 2024. Namun, para ahli memperkirakan tren ini akan kembali menurun pada 2025.

Sebagai respons terhadap krisis populasi ini, pemerintah China mengumumkan berbagai langkah untuk meningkatkan angka kelahiran. Pada Desember 2024, perguruan tinggi dan universitas diminta untuk memasukkan pendidikan tentang pernikahan dan "cinta" ke dalam kurikulum guna menanamkan pandangan positif terhadap pernikahan, cinta, kesuburan, dan keluarga.

Sementara itu, pada November, Dewan Negara mendesak pemerintah daerah untuk mengalokasikan sumber daya guna mengatasi masalah populasi dan mempromosikan penghormatan terhadap pernikahan dan kelahiran anak pada usia yang "tepat".

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memproyeksikan bahwa jumlah perempuan usia reproduksi di China, yang berkisar antara 15 hingga 49 tahun, akan berkurang lebih dari dua pertiga menjadi di bawah 100 juta pada akhir abad ini. Sebaliknya, populasi lanjut usia yang berusia 60 tahun ke atas diperkirakan akan meningkat menjadi lebih dari 400 juta pada 2035 dari sekitar 280 juta saat ini. Akademi Ilmu Pengetahuan China memperingatkan bahwa sistem pensiun negara ini bisa kehabisan dana pada 2035.

Pada 2024, populasi warga berusia 60 tahun ke atas di China mencapai 310,31 juta, sekitar 22 persen dari total populasi, naik dari 296,97 juta pada 2023. Urbanisasi juga terus meningkat, dengan tambahan 10,83 juta orang tinggal di daerah perkotaan, sehingga totalnya menjadi 943,3 juta. Sementara itu, populasi pedesaan turun sebesar 12,22 juta menjadi 464,78 juta jiwa.

Baca Juga: Yang Perlu Kamu Tahu Soal Aplikasi RedNote: Pengganti TikTok di AS?

Penurunan populasi dan tantangan demografi ini menjadi perhatian utama bagi pemerintah China dalam menjaga pertumbuhan ekonomi serta keberlanjutan sistem kesejahteraan sosial di masa depan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI