Analis: Politik Bikin Candu, Jokowi Masuk Partai Tinggal Menunggu Waktu

Kamis, 16 Januari 2025 | 15:26 WIB
Analis: Politik Bikin Candu, Jokowi Masuk Partai Tinggal Menunggu Waktu
Momen Presiden Indonesia ke-7 Joko Widodo memberikan arahan saat bertemu dengan Calon Gubernur Jakarta Nomor urut satu, Ridwan Kamil di Jakarta, Senin (18/11/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Analis Komunikasi Politik dari Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga, menilai jika Presiden ketujuh RI Joko Widodo atau Jokowi hanya tinggal menunggu waktu untuk bergabung kembali ke partai politik.

Hal itu disampaikan Jamiluddin usai isu Jokowi akan bergabung ke Partai Golkar terus menerus dihembuskan.

"Bagi Jokowi, orang yang sudah lama di partai, tentu tak nyaman tanpa partai. Jokowi sebagai politisi tentu akan merasa ada yang kurang bila tidak berpartai," kata Jamiluddin kepada Suara.com, Kamis (16/1/2025).

"Apalagi berpolitik itu kerapkali seperti candu. Karena itu, unsur ketagihan akan sangat kuat. Jokowi akan merasa ada yang kurang bila tidak berpolitik," sambungnya.

Ia mengatakan, atas dasar itu Jokowi merasa perlu berpartai untuk memenuhi rasa ketagihan itu. Hanya dengan begitu rasa candunya dapat dipenuhi.

Selain itu, masuk partai bagi Jokowi juga bukan semata untuk dirinya. Ia perlu partai yang besar untuk mengamankan anak dan menantunya.

"Karena itu, peluang Jokowi masuk ke Golkar sangat terbuka. Tentu itu akan dilakukannya bila dalam kalkulasi politiknya menguntungkan bagi dirinya, anaknya dan menantunya," katanya.

"Tapi bila Golkar dinilainya tidak menguntungkan secara politik, maka Jokowi akan masuk ke partai lain. Kemungkinan itu bisa ke PSI atau justru ia membentuk partai sendiri," sambungnya.

Terakhir, kata dia, hanya ada di partai Jokowi bisa mewujudkan ambisi dan candu politiknya.

Baca Juga: Kencang Isu Jokowi Masuk Golkar, Analis Bongkar Alasannya

"Karena itu, bagi Jokowi masuk partai hanya tinggal menunggu waktu saja. Untuk itu, ia bisa saja ke Golkar atau PSI atau membentuk partai baru," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI