Suara.com - Organisasi Islam Nahdlatul Ulama (NU) genap berusia 102 tahun pada 16 Rajab 1446 Hijriah, yang bertepatan pada Kamis, 16 Januari 2025.
NU telah melewati sejarah panjang sejak pertama kali berdiri pada 16 Rajab 1344 Hijriah (31 Januari 1928). Kontribusinya untuk bangsa dan negara sudah tidak perlu dipertanyakan lagi.
Nahdlatul Ulama didirikan bertujuan untuk membina masyarakat Islam berdasarkan ahlusunnah wa al-Jama’ah, paham yang menjadi dasar organisasi.
Mengutip dari Ensiklopedia Kemdikbud, NU memiliki karakter yang membedakan dengan organisasi Islam lainnya, yaitu: al-tawassut (moderat), al-i’tidal (adil), dan al-tawazun (keseimbangan).
Baca Juga: Serba-serbi Harlah ke-102 NU: Lokasi, Logo, Makna hingga Tema Perayaan Tahun Ini
Organisasi ini kemudian berkembang pesat menyebar hingga Kalimantan.
Pencetus Nama Nahdlatul Ulama
Nama Nahdlatul Ulama tidak lepas dari sosok KH. Mas Alwi Abdul Aziz ulama asal Surabaya.
Kisahnya tak lepas dari sejarah panjang NU. Menyitat NU Online, jauh sebelum NU berdiri ada banyak organisasi yang didirikan kalangan pesantren, seperti Nahdlatut Wathan (Kebangkitan Tanah Air) pada tahun 1916. Pada 1918 berdiri Taswirul Afkar atau dikenal juga dengan Nahdlatul Fikri (Kebangkitan Pemikiran), sebagai wahana pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan kaum santri dan masih banyak lagi.
Momen persatuan kalangan pesantren mendirikan organisasi terjadi saat Raja Ibnu Saud hendak menerapkan asas tunggal yakni mazhab wahabi di Mekkah. Raja Arab Saudi itu kemudian melakukan pertemuan yang mengundang perwakilan umat Islam dari berbagai wilayah.
Baca Juga: Yenny Wahid Tolak Keras Wacana MLB NU: Ini Hanya Akan Memecah Belah
Namun, kalangan pesantren yang gigih menolak pembatasan bermazhab dan penghancuran peradaban menemui jalan buntu. KH Wahab Hasbullah yang berupaya untuk melobi di Kongres Al-Islam agar delegasi yang dikirim ke Muktamar Dunia Islam di Makkah pada 1926 menyampaikan kepada raja Arab Saudi untuk memberikan kebebasan bermadzab.
Akan tetapi, usulan tersebut berakhir kekecewaan. Akhirnya Kiai Wahab dengan meminta restu terlebih dahulu kepada KH Hasyim Asyari akhirnya membentuk Komite Hejaz yang menjadi cikal bakal NU.
Melansir dari UNISNU Jepara, Komite Hejaz yang berisikan beberapa kiai, di antaranya KH. Abdul Wahab Hasbullah, KH. Hasyim Asy'ari, KH. Bisri Syansuri, KH. Ridwan (Semarang), KH. R. Asnawi (Kudus), KH. Nawawi (Pasuruan), KH. Nahrawi (Malang) dan KH. Mas Alwi Abdul Aziz (Surabaya) kemudian melakukan pertemuan di Surabaya pada 16 Rajab 1344 Hijriah.
Dalam pertemuan tersebut disepakati pengiriman delegasi ke Kongres Islam Dunia di Makkah untuk memperjuangkan kebebasan bermadzab. Kemudian membentuk organisasi atau jamiyah.
Usulan nama organisasi diberikan. Dalam NU Online Jatim, KH Abdul Hamid dari Sedayu Gresik memberikan ide untuk nama Nuhudlul Ulama dengan penjelasan bahwa para ulama mulai bersiap-siap akan bangkit melalui perwadahan formal tersebut.
Kemudian KH Mas Alwi bin Abdul Aziz dari Surabaya usul nama Nahdlatul Ulama (kebangkitan ulama). Nama tersebut yang kemudian dipakai sampai sekarang.