Suara.com - Dua menteri sayap kanan Israel mengancam akan keluar dari koalisi yang sedang berkuasa jika Perdana Menteri Benjamin Netanyahu setuju dengan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.
Surat kabar berbahasa Ibrani Ma'ariv melaporkan pada Selasa malam bahwa Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich, sejalan dengan Menteri Keamanan Dalam Negeri, Itamar Ben-Gvir, menolak adanya kesepakatan dengan gerakan perlawanan Palestina, Hamas.
Smotrich mengancam akan mengundurkan diri jika perang dihentikan sepenuhnya, dan meminta jaminan dari Netanyahu untuk melanjutkan serangan di Gaza setelah perjanjian pertukaran tahanan dilaksanakan.
Laporan tersebut menyebutkan bahwa Smotrich menegaskan bahwa menerima perjanjian tersebut akan berarti menyerah kepada Hamas, dan memperingatkan bahwa partainya akan meninggalkan kabinet jika kesepakatan tercapai.
Baca Juga: Calon Menhan Trump Dihujani Kritik Tajam soal Pandangannya tentang Perempuan
Sebelumnya pada hari yang sama, Ben-Gvir menimbulkan kontroversi dengan mendesak rekan-rekan kabinetnya, termasuk Smotrich, untuk menolak kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas. Ia juga membuat marah keluarga sandera yang ditahan di Gaza dengan menyatakan bahwa ia telah berulang kali menghalangi kesepakatan gencatan senjata.
"Saya mendesak kolega saya, Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, untuk bergabung dengan saya, dan bersama-sama kita akan melawan kesepakatan yang baru saja dirumuskan," kata menteri sayap kanan tersebut di X, menambahkan bahwa selama setahun terakhir, mereka telah berhasil mencegah kesepakatan tersebut berulang kali dengan memanfaatkan kekuatan politik yang mereka miliki.
Ia kemudian mengunggah video di media sosial, meminta Smotrich untuk mendukungnya dan mengundurkan diri dari kabinet "jika perjanjian gencatan senjata, yang sama halnya dengan menyerah kepada Hamas, disetujui."
"Mari kita temui Perdana Menteri Netanyahu dan beri tahu dia bahwa jika dia menandatangani perjanjian ini, kami akan mengundurkan diri dari kabinet," ujar menteri tersebut, yang dikenal dengan tindakan kontroversial terhadap Palestina dan religiusitas mereka, kepada Smotrich.
Namun, pandangan kedua menteri tersebut berbeda dengan pemimpin oposisi Yair Lapid, yang telah berjanji untuk mendukung rencana gencatan senjata Netanyahu.
Baca Juga: Pendidikan Terganggu, 788.000 Siswa Gaza Tidak Bisa Bersekolah Sejak Agresi Israel Dimulai
Survei terbaru di wilayah pendudukan menunjukkan bahwa mayoritas warga Israel mendukung perjanjian komprehensif untuk membebaskan semua tahanan sebagai imbalan untuk mengakhiri perang di Gaza.
Sebuah laporan dari IRNA mengutip sumber media pada hari Rabu menyebutkan, survei yang dikenal sebagai "Data Suara Israel" yang dilakukan setiap bulan oleh sebuah LSM menemukan bahwa 57,5 persen responden mendukung kesepakatan gencatan senjata.