Suara.com - Pengaruh Joko Widodo atau Jokowi diperkirakan kian memudar, termasuk orang-orang atau loyalisnya yang kini berada di Kabinet Merah Putih pimpinan Presiden Prabowo Subianto. Jokowi dan pengaruhnya akan dipaksakan untuk keluar dari lingkaran pemerintahan.
Paling gencar yang melakukan itu adalah PDI Perjuangan. Partai banteng moncong putih ini yang diam-diam menaruh dendam kesumat kepada Presiden ke-7 RI itu diprediksi tidak akan meluluhkan hati untuk rekonsiliasi.
Sebaliknya, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan jajaran akan berupaya menjauhkan Jokowi dari Prabowo. Pandangan tersebut disampaikan pengamat politik Citra Institute Yusak Farchan.
"Perang terus (PDIP dan Jokowi). Target PDIP, Jokowi out dari Prabowo," kata Yusak kepada Suara.com, Rabu (15/1/2025).
Baca Juga: Puan Posting Kebersamaan dengan Prabowo Sambil Bahas Persatuan, Gerindra Bilang Begini
Menurut Yusak pertengkaran antara Jokowi dan PDIP yang berkepanjangan bakal menguntungkan Gerindra. Partai yang diketuai Prabowo itu bakal menyambut PDIP untuk bergabung di pemerintahan.
"Kalau Jokowi out, Gerindra dapat barter PDIP. Itu lebih signifikan untuk stabilitas pemerintahan ke depan," kata Yusak.
Bukan hanya Gerindra, Yusak berpandangan Prabowo yang saat ini menjadi kepala negara tentu ingin melepaskan diri dari bayang-bayang Jokowi.
"Saya meyakini Prabowo akan menjadi dirinya sendiri alias bukan presiden 'bonekanya' Jokowi. Maka dalam posisi itu, Prabowo butuh dukungan PDIP agar pemerintahannya kuat dan stabil," ujar Yusak.
Tidak ada halangan bagi Prabowo untuk mengajak bergabung PDIP ke pemerintahan, pun sebaliknya bagi PDIP menerima tawaran bergabung. Sebab, hubungan baik antara Prabowo dan Megawati menjadi modal utamanya.
Baca Juga: Pertemuan Prabowo-Megawati Semakin Dekat? Ini Kata Gerindra
Terlebih, Megawati dalam pidatonya di acara HUT ke-52 PDIP menegaskan ia dan Prabowo tidak bermusuhan.
"Mega tidak pernah ada masalah dengan Prabowo secara prinsipil. Jadi ini faktor yang mempermudah keduanya bekerja sama," kata Yusak.
Belum lagi adanya dukungan di internal PDIP agar partai berlambang banteng itu merapat ke pemerintah.
"Faksi Puan kan saya kira sejalan dengan Prabowo," ujar Yusak.
Bersih-bersih Kabinet
PDIP diperkirakan tidak akan menerima tawaran bergabung ke pemerintahan bila di Kabinet Merah Putih masih ada pengaruh Jokowi. Diketahui, Prabowo turut menempatkan orang-orang Jokowi di dalam jajaran kabinet.
Keinginan PDIP menjauhkan Jokowi dari pemerintahan akan bertemu dengan keinginan Prabowo maupun Gerindra mengajak PDIP berkoalisi. Nantinya, bukan tidak mungkin keinginan tersebut membuat adanya perombokan kabinet, bukan hanya untuk mengajak PDIP, tetapi sekaligus untuk menyingkirkan orang-orang Jokowi.
"Saya kira itu termasuk cara membuat Jokowi out. Kalau menteri-menteri Jokowi dipreteli, ya tentu faksi Jokowi akan melemah. Kalau Prabowo sudah bersih-bersih menteri Jokowi, tentu PDIP akan nyaman bergabung. Bagaimanapun bargaining PDIP kuat karena partai besar dan menjadi pemenang Pileg," tutur Yusak.
Yusak mengatakan pintu masuk bagi Prabowo melakukan reshuffle adalah melalui pintu hukum menyangkut kasus dugaan korupsi atau isu etika yang menyeret anggota kabinetnya.
Bahkan, isu KKN yang belakangan kerap dialamatkan kepada keluarga Jokowi.
"Dugaan korupsi menteri-menteri orang Jokowi, termasuk juga dugaan KKN yang melibatkan anak menantu Jokowi," kata Yusak.
Lantas apakah langkah Prabowo bersih-bersih orang Jokowi sekaligus menjauhkan diri dari bayang-bayang mantan Wali Kota Solo tersebut akan memberikan citra negatif? Menurut Yusak justru sebaliknya.
Kendati selama ini hubungan Prabowo dan Jokowi dikenal sangat dekat, tetapi langkah Prabowo 'menendang' faksi Jokowi dari kabinet akan mendapat respons positif dari publik.
"Justru kalau Jokowi out, respons publik saya kira akan positif karena Prabowo bisa menunjukkan dirinya sebagai presiden yang berdaulat dan bisa lepas dari bayang-bayang Jokowi," katanya.