Hubungan Bakal Terus Retak, Jokowi Ingin 'Amankan' Gibran jadi Capres, PDIP Sebaliknya

Selasa, 14 Januari 2025 | 17:25 WIB
Hubungan Bakal Terus Retak, Jokowi Ingin 'Amankan' Gibran jadi Capres, PDIP Sebaliknya
Presiden Joko Widodo (kanan) memegang tangan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Sukarnoputri (kiri) saat berjalan bersama di sela berlangsungnya Rakernas PDI Perjuangan di Jakarta, Selasa (6/6/2023). [ANTARA FOTO/Monang Sinaga].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Hubungan PDI Perjuangan dengan mantan kadernya, yakni Presiden ke-7 RI Joko Widodo atau Jokowi diprediksi bakal terus bergejolak.

Sebab sulit bagi dua pihak tersebut untuk memerbaiki hubungan sebab masing-masing memiliki kepentingan. Hal tersebut yang diperkirakan oleh Pengamat Politik Citra Institute, Yusak Farchan.

Yusak mengingatkan kembali tentang sebab musabab hubungan PDIP dan Jokowi retak. Bermula dari bergesernya arah dukungan Jokowi menjelang pelaksanaan pemilihan presiden 2024. Jokowi semula diprediksi mendukung calon yang diusung PDIP, yaitu Ganjar Pranowo.

Jokowi belakangan disebut mendukung Prabowo Subianto. Mengingat putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka menjadi calon wakil presiden bagi Prabowo.

Baca Juga: Rocky Gerung Curigai Jokowi di Balik Misteri Pagar Laut: Mustahil Dipasang Bandung Bondowoso Semalam

Yusak menilai bahwa gejolak yang berawal dari pilpres tersebut akan berkepanjangan. Sebabnya, antara Jokowi dan PDIP memiliki kepentingan elektoralnya masing-masing.

"Saya kira gejolak itu akan terus berlanjut karena Jokowi dan PDIP sama-sama punya kepentingan elektoral ke depan," kata Yusak kepada Suara.com, Selasa (14/1/2025).

Yusak mengatakan kepentingan elektoral Jokowi ialah menjadikan Gibran yang kini menjadi wakil presiden sebagai calon presiden pada pemilihan mendatang. Sementara, kepentingan PDIP justru sebaliknya.

"Kepentingan Jokowi adalah mengamankan Gibran menjadi Capres. Sementara kecenderungan PDIP sebaliknya, bagaimana membendung Gibran ke depan," kata Yusak.

Menurutnya, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan PDIP sudah kadung kesal dengan Jokowi sehingga sulit rasanya hubungan mereka bisa kembali baik.

Baca Juga: Cak Islah : Jokowi Menjadi Bahaya Populisme yang Tak Disadari

Sebelumnya diberitakan, Megawati berkali-kali meminta kadernya yang tak kuat untuk setia dan berdisiplin dalam cita-cita partai agar mengundurkan diri. Pasalnya, kata dia, mengundurkan diri itu lebih terhormat dibanding akhirnya dipecat oleh partai. Hal itu disampaikan Megawati dalam pidatonya di perayaan HUT ke-52 PDIP, pada Jumat (10/1/2025).

Adanya pernyataan Megawati ini disampaikan hanya kurang dari sebulan sejak PDIP mengumumkan pemecatan mantan Presiden ketujuh RI Joko Widodo beserta anak dan menantu, yakni Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming hingga Gubernur terpilih Sumatera Utara Bobby Nasution dari PDIP.

"Sekarang sudah, bagi yang enggak senang di sini mundur, wae, begitu, lo, jadi paling tidak ada kehormatan begitu, lo, daripada dipecat," kata Megawati.

Ia mengaku sering berbicara soal mundur yang lebih terhormat ketimbang dipecat jika sudah tidak satu cita-cita dengan PDIP.

"Saya makanya sekarang setiap kali ngomong begitu, ya, enggak apa-apa, orang sudah enggak senang lagi, kok, disuruh nongkrong (di PDIP)," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI