Pengamat Kritik Usul Sri Mulyani Saham Diajarkan di SD: Siswa SMA Saja Masih Ada yang Belum Bisa Baca

Senin, 13 Januari 2025 | 16:31 WIB
Pengamat Kritik Usul Sri Mulyani Saham Diajarkan di SD: Siswa SMA Saja Masih Ada yang Belum Bisa Baca
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat konferensi pers di Gedung Kementerian Keuangan di Jakarta, Kamis (18/7/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Usulan pemberian mata pelajaran saham mulai dari siswa SD dinilai tidak ada manfaatnya. Alih-alih membuat siswa melek keuangan dan investasi, menjadikan saham sebagai pelajaran baru dinilai justru memberatkan peserta didik.

"Ini hanya memberatkan peserta didik. Gak ada untungnya, hanya tambah banyak mata pelajaran, semakin banyak beban, kualitas pendidikan kita malah gak jelas," kata koordinator nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) Ubaid Matarji saat dihubungi Suara.com, Senin (13/1/2025).

Selain memberatkan, pengajaran saham juga berpotensi timbulkan diskriminasi baru dalam dunia pendidikan. Sebab, konsep pengajarannya pun belum jelas.

"Kalau nanti orang tuanya nanya, pelajaran saham PR-nya apa, lalu PR suruh beli saham, ya mumet orang tua itu. Jadi ini akan melahirkan diskriminasi baru berdasarkan kemampuan ekonomi orang tua peserta didik," ujarnya.

Baca Juga: Anak SD Belajar Saham: Jangan Terburu-buru, Kuatkan Dulu Fondasi Keuangan

Ubaid juga menyebut kalau pemerintah terlalu mengada-ada jika memaksakan usulan tersebut. Padahal, kondisi nyata di lapangan banyak siswa SMA yang kemampuan literasinya masih buruk, bahkan belum bisa membaca.

Selain itu, kemampuan para guru juga dinilai belum cukup untuk mengajarkan saham kepada siswa mulai SD.

"Guru-guru kita gak punya kemampuan saham itu apa, gimana. Orang-orang expert di Indonesia yang main saham aja banyak yang boncos, apalagi guru yang tidak pernah belajar dan tidak pernah bermain," kritik Ubaid.

"Jadi anggaran pendidikan kita gak jelas arahnya, jangan cuma menuruti semua kemauan semua menteri. Jadi berantakan secara kualitas," pungkasnya.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan keinginannya agar materi tentang jual beli saham diajarkan sejak SD. Rencana itu dikatakan sebagai upaya peningkatan literasi dan edukasi pasar saham, melihat angka partisipasi masyarakat yang dinilai masih relatif kecil di pasar atau bursa tersebut.

Baca Juga: Jangan Buru-buru Ajarkan Saham ke Anak SD! Ahli: Risiko Tinggi, Mental Belum Siap

Usulan itu nampak disambut baik oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu'ti. Dia menyampaikan kalau materi saham bisa dimasukan dalam pelajaran matematika atau pun ekonomi.

la menjelaskan bahwa berbagai aspek keilmuan, termasuk di antaranya yang berkenaan dengan pasar modal, merupakan bagian dari prinsip deep learning. Saat ini, Kemendikdasmen sedang mengupayakan deep learning agar para pembelajar terintegrasi dengan banyak aspek dalam kaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Meski begitu, Mu'ti belum bisa memastikan lebih lanjut mengenai kemungkinan pembelajaran terkait pasar modal akan dimasukkan ke dalam kurikulum yang akan datang, sebab hal tersebut belum menjadi bahasan di internal antar kementerian.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI