Biden Desak Gencatan Senjata, Hamas Klaim "Fleksibel" Akhiri Perang

Aprilo Ade Wismoyo Suara.Com
Senin, 13 Januari 2025 | 12:57 WIB
Biden Desak Gencatan Senjata, Hamas Klaim "Fleksibel" Akhiri Perang
Presiden Amerika Serikat Joe Biden. (Twitter/@POTUS)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Negosiasi tak langsung antara Hamas dan Israel memperlihatkan kemajuan menuju kesepakatan gencatan senjata, menurut beberapa pejabat Palestina pada hari Minggu (12/1).

"Kami semakin dekat dengan kesepakatan gencatan senjata jika Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memberikan respons positif terhadap isu-isu utama yang sedang dibahas," ungkap Tahir al-Nono, pejabat senior Hamas, dalam pernyataannya kepada Xinhua.

Al-Nono juga menekankan bahwa Hamas tetap "fleksibel" dalam bekerja sama dengan para mediator untuk mengakhiri konflik, sambil menekankan bahwa tujuan utama kelompok ini adalah "mengakhiri perang."

Seorang pejabat Hamas lainnya yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan bahwa kerangka kesepakatan gencatan senjata sudah hampir selesai.

Baca Juga: Pidato Perpisahan Biden: Klaim Amerika Lebih Kuat & Siap Hadapi Dunia

"Kami sangat dekat untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata," kata pejabat tersebut.

Di hari yang sama, Netanyahu memperbarui Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengenai "kemajuan" dalam negosiasi yang berlangsung di Doha melalui telepon.

Menurut pernyataan dari Gedung Putih, Biden menekankan "pentingnya mendesak untuk gencatan senjata dan pemulangan para sandera."

Pada hari Sabtu (11/1), Netanyahu memberikan instruksi kepada delegasi senior untuk pergi ke Doha demi memajukan negosiasi.

Delegasi tersebut, yang dipimpin oleh David Barnea, kepala dinas intelijen Israel Mossad, dan Ronen Bar, kepala badan keamanan dalam negeri Israel Shin Bet, melakukan pembicaraan dengan mediator Qatar serta pejabat AS.

Baca Juga: Harapan Baru bagi Sandera Gaza: Israel dan Hamas Lanjutkan Negosiasi di Qatar

Pernyataan dari kantor Netanyahu menegaskan bahwa tujuan dari pembicaraan tersebut adalah memastikan pembebasan sandera Israel yang ditahan di Gaza.

Selain itu, pada hari Sabtu, Netanyahu juga bertemu dengan Steve Witkoff, utusan Timur Tengah yang akan menjabat dalam pemerintahan presiden terpilih AS Donald Trump, di Yerusalem.

Berdasarkan laporan media berbahasa Ibrani, Witkoff menyampaikan keinginan kuat Trump untuk menjamin kesepakatan sandera sebelum pelantikannya pada 20 Januari. Saluran berita Channel 12 melaporkan bahwa Witkoff mendorong Netanyahu untuk memastikan kedua pihak menunjukkan fleksibilitas dalam menyelesaikan kesepakatan.

Di Gaza, warga mengikuti perkembangan negosiasi dengan saksama, berharap konflik yang sedang berlangsung segera berakhir.

Mohsen Madi (42), yang meninggalkan Gaza City bersama keluarganya menuju Deir al-Balah pada awal perang, menyatakan harapannya untuk resolusi konflik.

"Selama lebih dari 15 bulan, kami telah mengalami perang, kemiskinan, dan kekurangan kebutuhan dasar. Kami berharap adanya kesepakatan yang akan mengakhiri penderitaan kami," katanya kepada Xinhua.

Zainab Shaaban (28), yang mengungsi dari Gaza City ke wilayah Al-Mawasi di Gaza selatan, memiliki perasaan serupa. "Saya ingin pulang ke rumah dan berkumpul kembali dengan keluarga. Kami merindukan kehidupan sebelum perang," ujarnya.

Konflik yang dimulai pada 7 Oktober 2023 setelah serangan Hamas di Israel selatan yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan mengakibatkan sekitar 250 orang disandera, telah menyebabkan kerusakan yang luas.

Otoritas kesehatan di Gaza melaporkan pada hari Minggu bahwa jumlah warga Palestina yang tewas akibat serangan Israel telah mencapai 46.565 jiwa.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI