Tantangan Iseng Berujung Maut, Remaja Lumpuh 8 Tahun Usai Makan Siput Hidup-hidup

Bella Suara.Com
Kamis, 09 Januari 2025 | 14:18 WIB
Tantangan Iseng Berujung Maut, Remaja Lumpuh 8 Tahun Usai Makan Siput Hidup-hidup
Ilustrasi siput (Pexels/cassius cardoso)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Malam yang seharusnya penuh tawa berubah menjadi mimpi buruk bagi seorang remaja asal Australia, Sam Ballard. Pada tahun 2010, saat berusia 19 tahun, Sam menerima tantangan aneh dari teman-temannya di sebuah pesta, menelan seekor siput hidup.

Siapa sangka keputusan iseng tersebut akan membawa dampak fatal, mengubah hidup Sam selamanya, hingga akhirnya merenggut nyawanya pada Desember 2018 di usia 28 tahun.

Malam itu, Sam yang merupakan seorang atlet rugby penuh semangat, bersama teman-temannya tengah menikmati malam dengan segelas anggur. Salah satu temannya, Jimmy Galvin, mengingat momen tragis tersebut.

“Kami sedang bercanda, mencoba bersikap seperti orang dewasa dengan menghargai anggur. Lalu ada siput merayap, dan muncul pembicaraan, ‘Haruskah aku memakannya?’ Sam langsung melakukannya. Begitu saja kejadiannya,” kenang Jimmy dalam sebuah wawancara.

Baca Juga: Tiga Cara Ampuh Bangun Kebiasaan Digital Sehat Bagi Anak Remaja di Musim Liburan, Cek Yuk!

Ilustrasi Siput (Pexels.com)
Ilustrasi Siput (Pexels.com)

Beberapa saat setelah menelan siput, Sam mulai merasa tidak sehat. Tak lama kemudian, ia didiagnosis menderita eosinophilic meningoencephalitis, sebuah infeksi parasit langka yang menyerang sistem saraf pusat. Infeksi ini disebabkan oleh parasit Angiostrongylus cantonensis, yang biasanya ditemukan pada tikus, namun bisa menginfeksi siput dan bekicot yang memakan kotoran tikus.

Sam segera dilarikan ke rumah sakit dan jatuh koma selama 420 hari. Ketika akhirnya terbangun, ia menerima kenyataan pahit bahwa dirinya menjadi quadriplegic—lumpuh total dari leher ke bawah. Sam tak lagi mampu bergerak, makan, bahkan menggunakan kamar mandi tanpa bantuan.

Ibunya, Kate Ballard, terus berharap agar Sam suatu hari dapat pulih. Namun kondisi ini memberikan dampak besar bagi keluarga mereka. “Kehidupan Sam berubah total, begitu pula hidup saya. Ini menghancurkan kami,” ungkap Kate.

Setelah tiga tahun menjalani perawatan intensif, Sam akhirnya bisa pulang ke rumah dengan bantuan kursi roda elektrik. Meski demikian, kebutuhan akan perawatan 24 jam membuat keluarga Ballard kesulitan keuangan. Teman-teman Sam menggalang dana untuk membantu biaya perawatan, tetapi tetap saja utang menumpuk.

Pada tahun 2016, keluarga Ballard menerima bantuan dari National Disability Insurance Scheme (NDIS). Namun pada 2017, setelah dilakukan tinjauan ulang, tunjangan tersebut dipotong drastis dari $492.000 menjadi $135.000, membuat keluarga mereka berutang puluhan ribu dolar kepada perawat. Kate memperjuangkan hak Sam dan meminta pemerintah meninjau kembali keputusan tersebut.

Baca Juga: Ulasan Novel XOXO: Perpaduan Budaya Amerika dan Korea Selatan

Setelah bertahun-tahun berjuang melawan penyakit dan kesulitan hidup, Sam Ballard meninggal dunia pada Desember 2018. Dalam momen terakhirnya, ia dikelilingi oleh keluarga dan teman-teman yang setia mendampingi.

Salah satu pembawa acara The Project, Lisa Wilkinson, mengungkapkan bahwa sebelum meninggal, Sam sempat mengucapkan kata-kata terakhir kepada ibunya, “Aku mencintaimu.”

Kisah Sam Ballard menjadi pengingat tragis akan bagaimana satu keputusan kecil yang terlihat sepele bisa berujung pada konsekuensi besar dan tak terduga. Temannya, Jimmy, menyampaikan pesan penting bagi semua orang.

“Jagalah teman-temanmu. Jangan mudah melakukan tantangan bodoh. Ini bisa berakibat buruk, bukan hanya bagi temanmu, tetapi juga bagi semua orang di sekitar kalian. Hati-hati, dan saling menjaga.” katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI