"Ketika pendidikan hanya berfokus pada kecerdasan intelektual, kita kehilangan makna hidup. Nilai-nilai luhur terkikis, meninggalkan generasi yang rapuh secara moral dan spiritual," jelasnya.
Dalam pelaksanaannya, Prof. Iskandar mengajak pemerintah, institusi pendidikan, orang tua, dan masyarakat untuk berkolaborasi merealisasikan wacana libur Ramadhan. Ia berharap Kementerian Agama RI dan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah RI dapat merancang strategi pendidikan yang mengintegrasikan pendekatan formal dan informal selama bulan suci ini.
"Ini bukan sekadar jeda akademik, melainkan momentum transformasi pendidikan menuju peradaban yang lebih luhur," tutupnya.
Namun, jika kebijakan libur penuh tidak diberlakukan, Prof. Iskandar menyarankan sekolah dan madrasah memperbanyak program pendidikan ruhani selama Ramadhan.
"Dengan begitu, bulan suci ini tetap menjadi momen strategis untuk memperkuat fondasi spiritual generasi emas Indonesia," tukasnya.