Suara.com - Pemerintah disarankan jangan terburu-buru dalam mengajarkan saham kepada anak-anak. Apalagi memasukan materi soal saham ke dalam pelajaran sekolah sejak jenjang pendidikan SD, sebagaimana usulan Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Perencana Keuangan OneShildt, Imelda R Tarigan, berpendapat bahwa siswa SD bisa jadi akan kesulitan bila langsung dikenalkan materi saham yang penuh dengan perhitungan.
"Mereka hitung matematikanya aja masih belajar ya kan. Masa disuruh ngitung valuasi, ngitungin prediksi, net present value dan sebagainya, nggak mungkin ya. Terus apalagi kalau diminta untuk melakukan technical analysis, waduh kejauhan," kata Imelda kepada Suara.com saat dihubungi Rabu (8/1/2025).
Imelda lebih setuju apabila yang dimaksud untuk diajarkan sejak SD merupakan kebiasaan berinvestasi. Karena dengan begitu, instrumen yang diajarkan tidak sekadar saham.
Baca Juga: Usulan Sri Mulyani Dinilai Terlalu Berat, Anak-anak Bisa 'Mabuk' jika Disuruh Belajar Saham Sejak SD
Selain itu, memberikan pemahaman soal kebiasaan investasi juga sekaligus membentuk mental anak agar bisa mengukur antara risiko dan keuntungan.
"Jadi mental anak-anak itu diajarin untuk bisa me-manage risiko. Sejauh mana risiko bisa diterima, terus sebesar apa risiko yang anak-anak bisa terima, itu mengandung unsur psikologis. Tidak semua anak bisa menyerap risiko sama besarnya. Itu ada preference psikologisnya. Itu yang kita sebut sebagai risk profile," jelasnya.
Mental siap menghadapi risiko itu dinilai penting untuk memulai investasi di saham sebagai instrumen dengan risiko tinggi.
Untuk mengarahkan anak siap menghadapi risiko, Imelda menuturkan kalau caranya tidak harus selalu melalui pelajaran di sekolah.
"Sepengetahuan saya kalau di luar negeri, anak-anak kecil itu ada game board. Jadi kayak permainan yang ngajarin mereka untuk mengelola risiko. Kalau dulu kita waktu kecil ada yang kayak monopoli. Itu lebih baik diajarin game yang seperti itu," sarannya.
Baca Juga: Sambut Usulan Sri Mulyani Jual Beli Saham Diajarkan dari SD, Mendikdasmen: Mungkin...
Sedangkan untuk pelajaran berkaitan dengan saham, menurut Imelda, baru cocok dikenalkan kepada siswa jenjang SMA. Karena pada saat itu juga siswa biasanya sudah mendapatkan pelajaran pengantar ekonomi.
"Ketika mereka sudah di SMA itu kan ada pelajaran ekonomi kalau. Nah, pelajaran pengantar ekonomi itu bisa dikenalkan mengenai industri-industri ya. Ada industri keuangan, ada industri pertanian dan macam-macam gitu, ada manajemen, kan dasar. Jadi dasar-dasar manajemen itu kan juga diajarin ya," tuturnya.
Selain telah memiliki dasar teori ekonomi secara umum, siswa SMA juga diharapkan telah mampu berpikir secara lebih kompleks, termasuk tentang perhitungan saham. Minimalnya, kata Imelda, siswa SMA bisa diajarkan tentang cara mengitung valuasi perusahaan.