Doha Jadi Saksi Bisu Negosiasi Sengit Gencatan Senjata di Jalur Gaza, Ini Respon Amerika Serikat

Andi Ahmad S Suara.Com
Sabtu, 04 Januari 2025 | 13:52 WIB
Doha Jadi Saksi Bisu Negosiasi Sengit Gencatan Senjata di Jalur Gaza, Ini Respon Amerika Serikat
Api dan asap mengepul dari lokasi serangan udara Israel di sekitar tenda-tenda pengungsi di dalam tembok Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Deir al-Balah, di Jalur Gaza, Palestina, Senin (14/10/2024). [United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees (UNRWA) / AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Amerika Serikat (AS) merespon adanya negosiasi gencatan senjata Jalur Gaza, Palestina yang diselenggarakan di Doha, Qatar antara Israel dan Hamas.

AS sendiri melalui juru bicara Dewan Keamanan Nasional, John Kirby mengatakan bahwa itu adalah sebuah kabar gembira di tahun baru 2025 ini.

"Kami kira ini adalah langkah yang baik, dan tentu saja tidak mengurangi harapan kami bahwa kesepakatan dapat tercapai. Kami percaya bahwa kesepakatan baru ini sangat mendesak dan mungkin tercapai, dan sekali lagi, kami menyambut keputusan Israel untuk mengirim tim lain ke Doha," ujarnya, dilansir dari Antara, Sabtu (4/1/2025).

"Presiden telah menegaskan bahwa tim keamanan nasionalnya akan terus terlibat hingga akhir, dan kami akan melakukan segala yang kami bisa untuk melihat apakah kami dapat menengahi kesepakatan gencatan senjata baru yang akan memulangkan para sandera," katanya.

Baca Juga: Nasib Gaza Diputuskan di Doha, Hamas dan Israel Bernegosiasi di Tengah Tekanan Internasional

"Jadi, saya belum memiliki kabar terbaru atau pengumuman tentang partisipasi secara langsung, tetapi saya dapat mengatakan bahwa kami pasti akan tetap fokus pada hal ini," katanya menambahkan.

"Dan sekali lagi, kami menyambut baik keputusan Israel untuk mengirim tim lain ke Doha. Kami melihat ini sebagai langkah yang menggembirakan," tambahnya.

Pada Jumat pagi, kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan bahwa ia setuju untuk mengirim tim ke ibu kota Qatar guna membahas pembebasan sandera Israel yang masih ditahan di Gaza.

Delegasi tersebut mencakup pejabat senior dari militer, badan intelijen Mossad, dan badan keamanan dalam negeri, Shabak, menurut pernyataan itu, tanpa mengungkapkan identitas para anggota delegasi.

Dalam beberapa bulan terakhir, Hamas berulang kali menyatakan kesediaannya untuk menegosiasikan pertukaran tahanan dan kesepakatan gencatan senjata dengan Israel. Pada Mei, kelompok itu menyepakati usulan dari Presiden AS Joe Biden.

Baca Juga: Keras! Menperin: Apple Cuma Cari Cuan di RI

Sejumlah pemimpin oposisi dan keluarga sandera menuding Netanyahu memblokir kesepakatan untuk mempertahankan posisi politiknya.

Sementara, sejumlah menteri berhaluan ekstremis, termasuk Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir dan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, mengancam akan menggulingkan pemerintahan jika gencatan senjata di Gaza disepakati.

Lebih dari 45.650 orang di Gaza telah tewas sejak Israel memulai perangnya di daerah kantong pesisir terkepung itu menyusul serangan lintas batas Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023.

Serangan yang menewaskan sekitar 1.200 warga Israel, dan membawa sekitar 250 orang lainnya ke Gaza sebagai sandera. Hampir 100 sandera masih tertahan di Gaza.

Pada November, Mahkamah Pidana Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di daerah kantong tersebut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI