Suara.com - Konflik di Timur Tengah antara Israel vs Palestina nampaknya mulai meringan dengan adanya kelompok Hamas mengumumkan negosiasi tidak langsung dengan Israel berlanjut di Doha, ibu kota Qatar, Jumat (3/1/2025).
Tentunya peluang gencatan senjata di Jalur Gaza semakin terang, usai Israel dan Hamas melakukan negosiasi tidak langsung di Doha untuk gencatan senjata.
Basem Naim, pemimpin politik senior Hamas, menegaskan "keseriusan dan sikap positif" kelompok tersebut serta upaya mereka untuk segera mencapai kesepakatan gencatan senjata.
Ia menambahkan bahwa penghentian agresi dan perlindungan terhadap rakyat Palestina di tengah genosida dan pembersihan etnis yang dilakukan Israel akan menjadi prioritas utama dalam agenda negosiasi.
Baca Juga: 3.000 Anggota Polisi dan KPK Korsel Jemput Paksa Presiden Yoon Suk Yeol
Upaya mediasi yang dipimpin oleh Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar untuk mencapai gencatan senjata di Gaza hingga kini belum berhasil karena Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak untuk menghentikan perang.
Israel saat ini menahan lebih dari 10.300 tahanan Palestina, sementara Hamas disebut-sebut menahan sekitar 100 warga Israel di Gaza.
Kelompok ini juga menyatakan bahwa puluhan sandera telah tewas akibat serangan udara Israel yang membabi buta.
Sejak 7 Oktober 2023, Israel terus melancarkan serangan yang disebut sebagai genosida di Gaza. Serangan itu telah menewaskan lebih dari 45.650 korban jiwa, sebagian besar perempuan dan anak-anak, kendati Dewan Keamanan PBB telah mengeluarkan resolusi yang menyerukan gencatan senjata segera.
Pada November 2024, Mahkamah Pidana Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya, Yoav Gallant, atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Baca Juga: Korea Selatan dalam Chaos: Presiden Yoon Suk Yeol Dibekuk, Pendukung Bentrok dengan Polisi
Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perang yang dilancarkannya di wilayah Gaza. [Antara].