Wacana Libur Sekolah Sebulan Penuh Saat Ramadhan, Ketum PBNU: Pemerintah Harus Kaji Ulang!

Jum'at, 03 Januari 2025 | 17:19 WIB
Wacana Libur Sekolah Sebulan Penuh Saat Ramadhan, Ketum PBNU: Pemerintah Harus Kaji Ulang!
Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf (Suara.com/Faqih Fathurra)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf menanggapi wacana Kementerian Agama ikhwal libur satu bulan penuh selama bulan Ramadan untuk anak sekolah. Pria yang akrab disapa dengan sebutan Gus Yahya ini mengatakan, pemerintah perlu mengkaji kembali wacana tersebut.

Sejauh ini, lanjut Gus Yahya, pemerintah juga telah membuat kebijakan tentang hal serupa. Saat itu anak sekolah pernah libur satu bulan selama bulan Ramadan.

“Kita sudah pernah, sekolah libur sebulan penuh itu sudah pernah. Tidak libur juga sudah pernah,” kata Gus Yahya, di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Jumat (3/1/2025).

Gus Yahya menilai, perlu ada evaluasi yang dilkukan jika ingin kembali menerapkan hal serupa. Jangan sampai anak sekolaah hanya bermalas-malasan selama libur Ramadan.

Baca Juga: Gus Yahya Pede Separuh Kabinet Prabowo Diisi Kader NU: Seperti Yang Saya Bilang

Gus Yahya menilai, pemerintah harus cermat melihat apakah selama libur nanti bakal banyak diisi hal yang bermanfaat atau malah sebaliknya.

“Kita sudah tahu apa yang kemudian bisa dilakukan selama liburan itu. Sehingga saya kira ada evaluasi-evaluasi sejauh mana waktu libur selama Ramadan itu bisa memang lebih bermanfaat bagi anak-anak sekolah,” ujarnya.

“Nah, maka menurut saya tergantung libur itu diisi apa. Kalau semua libur, semua tidur di rumah saja kan ya itu tidak seperti itu yang kita inginkan, karena sekolah sambil puasa juga tidak apa-apa. Kita coba juga tidak apa-apa,” tambahnya.

Pemerintah, lanjut Gus Yahya, juga perlu memikirkan tentang murid sekolah yang beragama non-muslim. Perlu juga dipikirkan soal kegiatan yang bakal diisi oleh para non-muslim ini.

“Apakah yang non-muslim ikut libur? Nah, kalau ikut libur disuruh apa? Jadi ini bukan hanya soal libur, gak libur. Tapi libur untuk apa? Nah, ini yang harus dibangun modelnya,” jelasnya.

Baca Juga: Babak Baru Seteru PKB-PBNU: Cak Imin dan Gus Yahya Semakin Jauh dari Titik Temu

Jika para santri di pesantren sendiri, kata Gus Yahya, momen Ramadan justru digunakan untuk mengaji. Biasanya, di luar bulan Ramadhan, para santri mengaji hanya 3 kali dalam sehari.

Sementara saat datang bulan Ramadan, biasa bisa diisi dengan kajian sebanyak 5-7 kali dalam seharian. Para santri baru berhenti mengaji biasanya pada tengah malam menjelang sahur saat bulan Ramadan.

“Kalau di pesantren, malah Ramadan itu lebih banyak ngajinya daripada di luar Ramadan. Kalau di luar Ramadan itu ngaji paling-paling sehari tiga kali kalau pesantren nasional itu, tapi kalau Ramadan itu sehari bisa 6-7 kali, bisa sampai jam 12 malam menjelang sahur baru selesai,” jelas Gus Yahya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI