Suara.com - Usulan Menteri Agama Nasaruddin Umar tentang siswa libur selama bulan Ramadan tuai penolakan dari orangtua. Meskipun usulan itu bertujuan untuk memberikan waktu bagi siswa untuk fokus beribadah, tapi sejumlah orang tua mengaku khawatir akan dampak kebijakan tersebut terhadap proses belajar anak-anak mereka.
Sebagaimana dikatakan orangtua murid asal madiun, Nurin, yang khawatir kalau libur sekolah satu bulan bisa menurunkan motivasi belajar anak.
"Soalnya ketika anak di rumah mereka butuh pengawasan lebih ekstra. Sementara gak semua orangtua punya waktu, ada yang bekerja juga. Kalau sepenuhnya libur selama 30 hari di rumah, gak efektif, mengurangi jatah belajar juga," kata Nurin dihubungi Suara.com, Jumat (3/1/2025).
Pemerintah kata dia, sebaiknya tidak menghentikan kegiatan belajar mengejar selama bulan Ramadan. Kalaupun siswa diberikan pekerjaan rumah (PR) untuk dikerjakan selama bulan Ramadan, menurutnya, hal itu tidak efektif juga memberatkan tugas orang tua di rumah.
Baca Juga: Menag Usul ke DPR Biaya Penyelenggaran Haji Tahun 2025 Jadi Rp 93,3 Juta
Alih-alih memberikan PR, menurutnya, lebih solutif jika siswa diberi proyek mingguan atau kelas daring setiap hari.
"Lebih baik tetap ada kegiatan belajar mengajar, ada kegiatan apa gitu di sekolah, atau kelas online juga bisa. Selama ini kan yang terjadi penyesuaian jam belajar, menurut saya itu udh cukup baik. Biasanya juga kan setiap sekolah pasti ada kegiatan pondok ramadan juga," tuturnya.
Hal serupa dikatakan Uswatun. Ibu dua anak asal Bekasi itu menyampaikan, libur satu bulan selama Ramadan justru bisa membuat anak lebih berat menjalankan ibadah puasa karena tidak aktif berkegiatan.
"Menurut saya, jika libur satu bulan full, anak tidak ada kegiatan sama sekali. Jadi akan terasa berat menjalankan ibadah puasa," ucapnya.
Akhirnya, hal itu juga akan menjadi beban bagi orangtua yang harus memikirkan kegiatan anak selama libur satu bulan.
Baca Juga: Menteri Agama Usul Biaya Perjalanan Haji Tahun Ini Sebesar Rp 65 Juta
"Kita bertanggung jawab untuk berpikir kegiatan apa yang harus dilakukan anak selama libur tersebut. Berpikir menu sahur dan buka saja sudah pusing, ditambah cari kegiatan untuk anak remaja dan anak toddler sepertinya dibayangkan saja sudah rumit," ujar Uswatun.
Senada dengan Nurin, Uswatun berharap kegiatan belajar mengajar (KBM) tetap berjalan selama bulan Ramadan. Terlebih jam KBM ketika puasa Ramadan juga biasanya hanya dilakukan separuh waktu. Menurutnya, cara itu telah cukup baik dijalankan selama ini.
"Kalau boleh saran untuk tiap sekolah agar tugas siswa tidak usah terlalu berat pada saat Ramadan. Karena jujur tujuan orang tua diadakan kegiatan sekolah itu hanya mengisi waktu luang agar puasa seharian tidak begitu terasa," pungkasnya.